Lalu saya merasa ada suara anak-anak bermain di kolam renang.
Sesekali terdengar di dalam kamar kami yang dua lantai. Mereka seperti berlari.
Kadang melangkah pelan seperti bermain petak umpet.
"Atau mereka sedang mengintip saya?" Debar dada semakin tak beraturan saat terdengar langkah lain, bukan langkah anak-anak.
Baca Juga: Misteri Celana Dalam Pink di Dalam Ember 1: Sudah Dicuci Tapi Tak Ditemukan di Jemuran
Entahlah langkahnya berat dan berisi, pelan. Saya memejamkan mata sambil mengatur napas.
Saya membaca ayat-ayat pendek yang bisa saya baca. Saya terus membaca, tak beraturan tapi terus saya baca saat mendengar langkah kaki bergerak ke arah kamar.
Langkah itu berhenti tepat di depan pintu, tidak terdengar lagi. Tapi suara anak-anak bermain masih terdengar.
Suara mereka semakin menguasai pikiran saya. Mereka seperti memainkan gagang pintu berkali-kali.
Oh tidak bukan gagang pintu depan Hotel tapi gagang pintu kamar saya.
Bacaan ayat kursi terus saya baca, tak terhitung. Saya menutup kepala dengan selimut saat pintu kamar di buka pelan-pelan.
"Astagfirullah," saya mengenal suara yang kaget itu
"Yudi?" Pelan-pelan kubuka selimut.
“Sial!” suru saya.
"Ada apa, Yud. Belum tidur?" Saya mencoba tenang.
"Tidak bisa tidur;" katanya.
"Saya tidur disini ya." Saya memberikan bantal di samping saya.
"Tidur sini saja," pinta saya.