harianmerapi.com - Tekad Pak Wiku, Bapaknya Ajik, sudah bulat. Hari itu juga akan menemui Mbah Bondan, Jurukunci telaga Nggantang. Akan meminta petunjuk agar sakit yang diderita Ajik segera sembuh.
“Anak sampeyan memang sembrana, burung kenari tidak berdosa, ditembak. Apa tidak tahu, jika burung kenari tersebut adalah klangenan Nyai Sutiragi?” sergah Mbah Bondan begitu Pak Wiku datang menemuinya.
“Ya maaf, Mbah. Anak saya memang bocah ‘ora dhong blas’. Saya mengakui dia salah besar. Namun saya berharap, dengan perantaraan Mbah Bondan, Nyai Sutiragi bersedia memaafkan anak saya,” pinta Pak Wiku dengan nada memelas.
Baca Juga: Gara-gara Bapak Suka Nonton Video Porno
“Nyai Sutiragi itu sebetulnya sangat baik, Pak. Juga pemaaf. Saran saya, anak sampeyan harus minta maaf. Caranya, datang kemari pada malam hari. Boleh diantar tapi tidak boleh naik kendaraan. Nanti saya yang akan jadi perantaranya,” ujar Mbah Bondan panjang lebar.
Pak Wiku ‘judheg’. Bagaimana mungkin Ajik bisa datang dengan berjalan kaki kemari? Untuk berjalan di seputar rumah saja sulit. Terseok-seok, pincang, ‘kedhingklangan.’ Karena jempol kakinya yang ‘abuh’ sakitnya tidak terkira.
Namun apa mau dikata. Syaratnya memang harus begitu. Tidak bisa ditawar. Akhirnya Pak Wiku bertekad, bersedia akan berbuat apa saja demi kesembuhan anak tercintanya.
Baca Juga: Topeng Lengger Dusun Kledung 4: Setiap Dusun di Desa Sutopati Punya Kelompok Kesenian
Pada malam yang sudah ditentukan, Pak Wiku pun menggendong Ajik dipunggungnya. Untung, Ajik berperawakan kecil. Sedang Pak Wiku seorang lelaki yang kuat.
Rupanya pembalasan burung Kenari kepada Ajik tidak sekedar membuat jempol kakinya bengkak, namun juga ingin mempermalukan anak muda itu di depan orang banyak.
Jadilah, di sepanjang jalan menuju telaga, Ajik terus saja mengerang dan menangis di gendongan bapaknya. Persis seperti anak TK yang kakinya terkena lemparan batu kerikil. Sementara, warga yang melihat adegan itu pada tersenyum.
Baca Juga: Misteri Rumah Kuna yang Ternyata Dihuni Bangsa Lelembut
Melalui Mbah Bondan, Ajik menyampaikan permohonan maafnya kepada Nyai Sutiragi. Bersamaan dengan itu jempol kakinya berangsur kempes. Pulih seperti sedia kala. Semua nama samaran. - Tamat. (Seperti dikishakna FX Subroto di Koran Merapi) *