Tiba-tiba ombak besar datang menggulung tubuh kurus Marwan.
Tubuhnya timbul tenggelam, dia berusaha berenang sekuat tenaga agar tetap mengapung. Tangannya melambai-lambai meminta pertolongan.
Baca Juga: Berbagai kisah misteri tentang hutan larangan yang dihuni siluman di Kota Magelang
Dalam hati dia terus berdoa dan memohon pertolongan pada Tuhan.
Saat nafasnya hampir habis, matanya yang sangat perih melihat sebatang bambu.
Dengan cepat dia menarik batang bambu itu sekuat tenaga. Hingga tubuhnya mencuat ke permukaan.
Kesadaran Marwan hilang. Pingsan.
"Dimana aku? Apa aku masih hidup?" gumam Marwan.
Perlahan matanya terbuka. Infus terpasang di arteri. Aroma bangsal menyadarkan bahwa dia ada di rumah sakit.
"Kamu baik-baik saja Marwan?" tanya Supri.
"Sudah yang berlalu biarlah berlalu, kamu harus kuat dan memulai hidup baru. Sekarang aku pamit dulu ya." kata Supri.
Marwan mengangguk lemas. Pun terheran pada sahabatnya yang terlihat pucat.
Seingatnya waktu berangkat ke pantai Supri mengenakan baju hijau. Tapi kini sudah mengenakan baju serba putih.
Supri menghilang di balik pintu. Disusul ibu dan dokter datang untuk memeriksa keadaan Marwan.
Setelah tiga hari dirawat, Marwan diperbolehkan pulang. Dia heran kenapa sahabatnya tidak muncul lagi.