Ditunggu sampai beberapa menit belum juga penumpang perempuan itu turun.
“Lho, katanya sudah sampai. Kok nggak segera turun?”, tanya Patmo dalam hati.
Lalu dia menoleh ke belakang.
Gandrik! Di tempat tersebut ternyata tidak ada siapa-siapa selain dirinya.
Di sekelilingnya sunyi, senyap, dan sepi sekali.
Hanya ada suara desau angin yang bertiup kencang.
Dari jarak sekitar tiga kilometer Patmo melihat jelas sekali puncak gunung Merapi yang mengeluarkan asap tipis berwarna putih.
Baca Juga: Kembang Laruk bagian 37: Anak kecil bergaun putih berwajah hancur itu, terus menertawai Riski
Dan ketika kepalanya melongok ke arah kanan, jurang dalam menganga di sampingnya.
“Ya ampuuun...aku diajak naik ke gunung Merapi?!”, ujar Patmo. - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan Andreas Seta RD di Koran Merapi) *