HARIAN MERAPI - Kumpulan cerita misteri, kisah sepasang burung kenari Telaga Nggantangseri 4
Ajik bisa sembuh setelah minta maaf pada Nyai Sutiragi.
Tekad Pak Wiku, Bapaknya Ajik, sudah bulat. Hari itu juga akan menemui Mbah Bondan, Jurukunci telaga Nggantang.
Akan meminta petunjuk agar sakit yang diderita Ajik segera hilang.
“Anak sampeyan memang sembrana. Burung tidak berdosa, ditembak. Apa tidak tahu, jika burung tersebut adalah klangenan Nyai Sutiragi?” sergah Mbah Bondan begitu Pak Wiku datang menemuinya.
“Ya maaf, Mbah. Anak saya memang bocah ‘ora dhong blas’. Saya mengakui dia salah besar. Namun saya berharap, dengan perantaraan Mbah Bondan, Nyai Sutiragi bersedia memaafkan anak saya,” pinta Pak Wiku dengan nada memelas.
“Nyai Sutiragi itu sebetulnya sangat baik, Pak. Juga pemaaf. Saran saya, anak sampeyan harus minta maaf."
"Caranya, datang kemari pada malam hari. Boleh diantar tapi tidak boleh naik kendaraan. Nanti saya yang akan jadi perantaranya,” ujar Mbah Bondan panjang- lebar.
Pak Wiku ‘judheg’. Bagaimana mungkin Ajik bisa datang dengan berjalan kaki kemari?
Untuk berjalan di seputar rumah saja sulit.
Terseok- seok, pincang, ‘kedhingklangan.’ Karena jempol kakinya yang ‘abuh’ sakitnya tidak terkira.
Namun apa mau dikata. Syaratnya memang harus begitu. Tidak bisa ditawar. Akhirnya Pak Wiku bertekad, bersedia akan berbuat apa saja demi kesembuhan anak tercintanya.
Pada malam yang sudah ditentukan, Pak Wiku pun menggendong Ajik di punggungnya.