“Sama-sama Ananda, sudah menjadi kewajiban kita untuk saling tolong–menolong. Sekarang apa rencana Ananda selanjutnya,” ujar Sang Begawan.
Keduanya kemudian terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan. Setelah beberapa waktu, Joko Lelono kemudian berpamitan pada Begawan Sidik Waseso untuk melanjutkan perjalanan masih dengan ditemani kedua abdi dalemnya.
Dengan mengendarai gajah dan membawa sebuah payung, Joko Lelono sampai di sebuah bukit kecil mirip gunung yang lebih tinggi dari wilayah sekitarnya. Kedua abdi dalemnya diperintahkan untuk berhenti dan beristirahat.
Joko Lelono sendiri kemudian bersemadi sambil memulihkan tenaganya. Cukup lama Joko Lelono bersemadi sebelum terjaga. Ia lantas memanggil kedua abdi Ki Merkak dan Ki Jebres.
“Paman, saya sudah bersemadi dan mendapat petunjuk untuk melanjutkan perjalanan. Saya tidak akan kembali ke Mataram namjun akan terus melanjutkan perjalanan untuk menemukan calon pedamping hidup sesuai titah Ayahanda,” jelas Joko Lelono.
“Sendiko dawuh tuan. Kami akan terus setia mengikuti kemanapun tuan pergi,” jawab sang abdi dalem.
“Guna mengingat kejadian ini, maka tempat kita beristirahat ini saya beri nama Gunungan,” tandas Joko Lelono dengan lantang. Setelah itu ia memerintahkan kedua pembantunya beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan. (*)