kearifan

PERJALANAN HIDUP PANGERAN NOTOKUSUMO (1) - Meletakkan Dasar Wangsa Pakualaman

Sabtu, 20 Oktober 2018 | 17:15 WIB

-
BERDIRINYA Kadipaten Pakualaman tidak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup dan perjuangan Pangeran Notokusumo, sebagai peletak dasar kokohnya wangsa Pakualaman. Sebagai salah satu kerajaan dari catur sagatra yang merupakan pewaris kejayaan kerajaan Mataram Islam, Kadipaten Pakualaman memiliki sejarahnya tersendiri. Bila dua kerajaan sebelumnya, yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Mangkunegaran berdiri sebagai konsekuensi dari perjanjian gencatan peperangan. Tidak demikian halnya dengan berdirinya Kadipaten Pakualaman, yang didasari pada bentuk sikap penghargaan dan penghormatan Gubernur Jenderal Stamford Raffles pada masa kekuasaan Inggris di Jawa, kepada Pangeran Notokusumo. "Berdirinya Kadipaten Pakualaman punya sejarah yang berbeda, sehingga ini menarik. Karena tidak dengan pertumpahan darah dan peperangan sebelumnya. Tapi sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan Raffles kepada Pangeran Notokusumo, yang menjadikannya sebagai pangeran Merdiko termuda dari tiga kerajaan yang ada sebelumnya," ungkap KPH Kusumoparastho, Ketua Hudyono Yogyakarta, di Pura Pakualaman. Menurut Kanjeng Kusumo, begitu biasa disapa, perjalan hidup Pangeran Notokusumo dalam meletakkan dasar-dasar kokohnya Kadipaten Pakualaman tidak lepas dari pengalaman impirik putra kinasih Sultan Hamengku Buwono I ini, yang kemudian harus menghadapi perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan sebagai seorang tawanan. Sebagai akibat dari berbagai intrik yang sengaja dibangun dan dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan adanya ketenteraman di dalam kraton, terkait dengan proses suksesi kelangsungan tahta di Kasultanan Yogyakarta. "Sebagai salah seorang putra Sultan HB I, pangeran Notokusumo memiliki banyak kelebihan bila dibanding dengan saudara-saudaranya, bahkan menurut banyak sumber Notokusumo sebagai putra kinasih dari Sultan HB I," tutur Kanjeng Kusumo.
-
MERAPI-TEGUH
KPH Kusumoparastho. Dijelaskan Kanjeng Kusumo, ada sejumlah Babad yang mengisahkan perjalanan hidup sekaligus juga menuangkan ajaran dari Pangeran Notokusumo yang kemudian bergelar KGPAA Paku Alam I. Dua di antaranya Babad Betawi dan Babad Pakualaman. Dari sinilah banyak ajaran dari Pangeran Notokusumo diabadikan menjadi tuntunan dan panutan yang bisa dilakukan oleh masyarakat luas. "Ajaran yang diberikan Paku Aam kepada generasi penerusnya disebut sestradi dan itu merujuk pada pesan 21 perbuatan baik dan 21 perbuatan yang harus dihindari karena termasuk perbuatan buruk," ucapnya. (Teguh)  

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB