Ketika mereka duduk-duduk di atas Watu Gajah Sunan Geseng berpesan kepada Ki Wonotirto, kalau beliau wafat minta dimakamkan di desa Tirto. Keanehan pun terjadi, ketika Sunan Geseng dimakamkan di puncak bukit, batu itu ikut naik dan berhenti di dekat makam Sunan Geseng.SAMPAI kini masyarakat di wilayah Magelang tetap meyakini, makam Sunan Geseng dengan dua nisan kembar berada di desa Tirto Kecamatan Grabag, kira-kira 25 kilometer dari kota Magelang. Makam ini ramai diziarahi pada setiap “Malam Selikuran” bulan Ramadhan.
Di makam ini juga banyak peziarah pada malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. Cungkup makamnya kini sudah dipugar, sepasang makam itu dikelilingi dinding berkaca. Makam mana yang berisi jenazah Sunan Geseng, tak seorangpun tahu. Makam Kyai Wonotirto, sesepuh desa itu, berada sebelah barat makam Sunan Geseng. Cungkup makam berada di puncak bukit di kaki barat Gunung Andong.
Tahun 1431 H ini, malam Selikuran jatuh pada hari Senin Kliwon malam Selasa Legi, atau tanggal 30 malam 31 Agustus 2010. Sejak lepas dhuhur, sudah banyak peziarah yang datang. Mereka berduyun-duyun melewati lorong-lorong dusun dan naik menapaki jalan berundak-undak yang cukup terjal.
Di sepanjang jalan menuju ke cungkup makam, di kanan kiri banyak orang berjualan aneka macam barang dan makanan. Sehingga suasana dusun itu mirip ‘pasar tiban’. Sampai di cungkup makam, para peziarah silih berganti berdoa bersama di sekeliling sepasang makam kembar di dalam bilik kaca. Lantunan doa-doa terdengar sepanjang siang, sore dan malam hari di altar makam mubaligh murid Sunan Kalijaga itu. Mereka yang berziarah di sini tidak hanya dari Magelang, tetapi juga banyak yang datang dari daerah lain.
Meski di daerah lain juga ada keyakinan, bila makam Sunan Geseng, tidak berada di Grabag, Magelang. Bagi warga masyarakat daerah Bantul juga meyakini, makam Sunan Geseng berada di “Makam Sentana Jalasutra,” Srimulyo, Piyungan, Kabupaten Bantul. Makam ini oleh masyarakat setempat juga menjadi makam pepundhen yang dikeramatkan dan juga ramai diziarahi pada hari-hari tertentu. Seperti pada upacara ritual tradisional “Kupatan Jalasutra”. Tetapi mungkin masih ada juga makam-makam Sunan Geseng di daerah lain. Kesemua makam itu dipercaya oleh masyarakat di lingkungannya masing-masing.
Kini yang menjadi pertanyaan adalah: Dimanakah sebenarnya makam Sunan Geseng? Di desa Tirto, Grabag, Magelang atau di Srimulyo, Piyungan, Bantul? Atau di daerah lain? Mungkin ada ahli sejarah yang bisa menjelaskannya. Tidak sekedar berdasarkan legenda atau ceritera rakyat yang dipercaya dan diyakini oleh masyarakat di lingkungannya masing-masing. (Amat Sukandar/Jbo)