kearifan

SYIAR ISLAM KANJENG SUNAN DI TLATAH KEDU (1) - Nira Dicetak Berubah Emas

Senin, 1 Oktober 2018 | 06:05 WIB

-
Kisah hidup Ki Petungmlarat menarik disimak. Ketika orang miskin yang sehari-hari menjadi menyadap nira ini melihat kesaktian Kanjeng Sunan Kalijaga, dia terpesona lalu menyatakan diri ingin berguru. Perjalanan hidupnya sebagai santri yang kemudian digelari Sunan Geseng dapat jadi teladan niatnya yang kuat untuk memeluk bahkan menyiarkan Islam. MENURUT tutur tinular yang telah melegenda, Sunan Geseng adalah seorang mubaligh asal desa Bedug, Bagelen, wilayah Kabupaten Purworejo. Dia murid yang taat dan setia kepada gurunya, Sunan Kalijaga. Nama aslinya Ki Cakrajaya, seorang penyadap nira. Karena sangat miskinnya, di desanya dia juga dijuluki Ki Petungmlarat. Namun, dia rajin nglakoni tirakat dan tapabrata, untuk mendalami ngelmu Kejawen-nya, sehingga mampu memiliki kesaktian. Setiap kali Ki Cakrajaya menyadap nira (nderes - Jw), dia sambil ura-ura (melantunkan tembang) yang bermakna mantra, “Clonthang clanthung wong nderes buntute bumbung, apa gelem apa ora”. Pada suatu hari, ketika dia memanjat sebuah pohon kelapa untuk menyadap nira sambil ura-ura, di bawahnya ada seseorang yang menegur,”Hai ki sanak, tidak begitu doanya bila mau menyadap nira. Doanya dengan menyebut Asma Allah SWT.” Kemudian dia berpesan kepadanya, “Bila ki sanak akan melakukan sesuatu pekerjaan awalilah dengan membaca dua kalimat syahadat dan menyebut asma Allah, Bismillahirahmannirahim……”
-
MERAPI-PRAMONO
Nisan dalam cungkup Kemudian ‘orang asing’ itu diajak singgah ke rumah Ki Cakrajaya. Di rumahnya, tamu itu meminta ijin untuk bisa membantu mencetak setangkep gula jawa dengan cetakan tempurung kelapa. Sebelum berpamitan, tamu itu berpesan kepada Ki Cakrajaya, ”Jangan sekali-kali cetakan gula itu dibuka sebelum saya pergi meninggalkan rumahmu ini.” Ketika sang tamu telah jauh meninggalkan rumahnya, bergegaslah Ki Cakrajaya membuka cetakan gula jawa itu. Betapa dia terkejut dan terheran-heran, ketika tempurung cetakan gula jawa itu dibuka. Di dalam cetakan itu bukanlah berisi setangkep gula jawa, tetapi sebongkah emas yang menyilaukan matanya. “Tamu tadi mesti bukan orang sembarangan,” pikirnya. Ki Cakrajaya penasaran. “Siapa sebenarnya orang itu, aku ingin mencari dan berguru kepadanya,” begitu niatnya dalam hati. Di sebuah hutan, Ki Cakrajaya akhirnya bisa bertemu dengan orang “sakti” itu yang tidak lain adalah Sunan Kalijaga, yang tengah berkelana menyebarkan agama Islam di kawasan Jawa Tengah bagian selatan.  (Amat Sukandar/Jbo)  

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB