-
-
Nisan dalam cungkup Kemudian ‘orang asing’ itu diajak singgah ke rumah Ki Cakrajaya. Di rumahnya, tamu itu meminta ijin untuk bisa membantu mencetak setangkep gula jawa dengan cetakan tempurung kelapa. Sebelum berpamitan, tamu itu berpesan kepada Ki Cakrajaya, ”Jangan sekali-kali cetakan gula itu dibuka sebelum saya pergi meninggalkan rumahmu ini.” Ketika sang tamu telah jauh meninggalkan rumahnya, bergegaslah Ki Cakrajaya membuka cetakan gula jawa itu. Betapa dia terkejut dan terheran-heran, ketika tempurung cetakan gula jawa itu dibuka. Di dalam cetakan itu bukanlah berisi setangkep gula jawa, tetapi sebongkah emas yang menyilaukan matanya. “Tamu tadi mesti bukan orang sembarangan,” pikirnya. Ki Cakrajaya penasaran. “Siapa sebenarnya orang itu, aku ingin mencari dan berguru kepadanya,” begitu niatnya dalam hati. Di sebuah hutan, Ki Cakrajaya akhirnya bisa bertemu dengan orang “sakti” itu yang tidak lain adalah Sunan Kalijaga, yang tengah berkelana menyebarkan agama Islam di kawasan Jawa Tengah bagian selatan. (Amat Sukandar/Jbo)