DATANG ke sekolah Hendri punya semangat baru. Ia ingin memperbaiki tingkah lakunya selama ini yang semau gue. Kini Hendri bertekad memperbaiki semua keburukan yang telah dilakukan, sekaligus mendongkrak lagi prestasi akademiknya yang sempat merosot.
Tapi niat yang baik ternyata tak selamanya disambut dengan baik oleh orang lain. Perubahan sikap yang drastis dari Hendri, menimbulkan tanda tanya bagi rekan-rekannya di kelas. Bahkan tak sedikit di antara mereka yang justru menjadikannya olok-olok.
Terutama teman-temannya yang selama ini suka berbuat onar, rupanya tidak senang jika kehilangan salah satu anggota geng. Maka sebagai pelampiasan, mereka menjadikan Hendri sebagai bahan ejekan.
"Aduh, rupanya ada anak alim baru ya."
"Anak mami ni yee..."
Dan masih banyak lagi celetukan yang ditujukan pada Hendri.
Panas juga hati Hendri dijadikan bahan olokan oleh teman-teman, yang dulu menjadi gengnya. Tapi ia mencoba untuk menahan diri, karena wajah ibunya yang sedang menangis tak pernah bisa hilang dari ingatannya. Dan wajah ibu itu kadang berseling dengan wajah polos Inem, pembantunya yang di luar kesadarannya telah ia nodai.
Ada rasa penyesalan mendalam di hati Hendri, tapi tak tahu apa yang harus dilakukan untuk menebusnya.
Begitu pula dengan teman-temannya di luar sekolah. Hendri sudah mencoba untuk melupakan mereka semua, dengan tidak mendatangi lagi. Usai pulang sekolah, Hendri selalu langsung pulang ke rumah dan mengurung diri di kamar.
Tapi dering telpon tak pernah berhenti datang dari teman-temannya itu. Pernah Hendri mencoba menjawab telpon itu, tapi akhirnya diputuskannya untuk tidak mengaktifkan HP-nya agar tak diganggu lagi.
Upaya memperbaiki diri Hendri itu sudah berlangsung beberapa hari. Meski ada rintangan, tapi sepertinya ia mampu melewati. Namun di luar dugaannya, ada satu hal yang membuat dirinya tidak tahan. Yakni, ketergantungannya pada obat terlarang. Niatnya sudah bulat untuk meninggalkan barang haram itu, tapi fisiknya ternyata menolak.
Di dalam kamar Hendri gelisah bukan main. Badannya berkeringat, dadak terasa sesak dan detak jantungnya berdegup lebih keras. Hendri tak menyadari, bahwa itu adalah tanda-tanda orang sakau. Orang yang kecanduan narkoba dan tiba-tiba berhenti mengonsumsinya.
Kegelisahan Hendri itu menimbulkan suara mencurigakan dari luar kamar. Dan itu didengar Inem. Tapi Inem ragu-ragu untuk mengetuk pintu kamar, karena takut dikira macam-macam. (Bersambung)