kearifan

MENELISIK KISAH SYEH BELA BELU DAN DAMIAKING (5) - Bagai Kisah Bubuksah dan Gagang Aking

Senin, 23 Juli 2018 | 07:17 WIB

-
MERAPI-ALBES SARTONO
Arca lembu nandi di kompleks makam Syeh Bela Belu. Kisah tentang Syeh Bela Belu sangat mirip dengan kisah Bubuksah dan Gagang Aking. Cerita Bubuksah dan Gagang Aking merupakan cerita yang populer di Jawa terutama di Jawa Timur. Begitu populernya cerita ini maka kemujdian diterakan menjadi relief di Candi Surawana dan Candi Penataran. CERITA tentang Bubuksah dan Gagang Aking ditemukan dalam kitab lontar kuna yang pada saat ini disimpan di Museum Leiden, Belanda. Cerita sesungguhnya bersumber pada mitos ini mengisahkan dua orang bersaudara yang menerapkan praktik bertapa dengan cara yang berbeda. Praktik keduanya diyakini menjadi cara atau jalan untuk mencapai kesempurnaan tertinggi. Bubuksah dan Gagang Aking masing-masingnya saling mempertahankan keyakinannya sehingga dari konsep keyakinannya itu menentukan atau mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Secara garis besar kisah tentang Bubuksah dan Gagang Aking ini bisa dipilah menjadi empat bagian. Pada kisah pertama diceritakan tentang tokoh yang bernama Kebo Milih dan Kebo Ngraweng yang diusir kedua orang tuanya. Mereka kemudian pergi dari kampung halamannya dan mencari guru sejati. Kisah kedua menceritakan pengembaraan atau perjalanan mereka sehingga kemudian menemukan guru sejati. Oleh gurunya mereka berdua diterima sebagai murid dan kemudian diresmikan dengan penggantian nama mereka menjadi Bubuksah dan Gagang Aking.
-
Kisah kedua menyebutkan bahwa mereka sepakat untuk meninggalkan keduniawian dengan menyepi atau bertapa di Gunung Wilis (Kediri). Disebutkan bahwa Bubuksah sebagai saudara yang lebih muda memiliki norma-norma yang menyimpang dari dunia kehidupan para wiku (pendeta/Begawan). Kegiatan atau pekerjaan Bubuksah dalam setiap harinya baik siang ataupun malam adalah berburu dan kemudian memakan hasil buruannya itu dengan tiada puas-puasnya. Jadi, ia memang hobi makan. Hal ini berkebalikan dengan kakaknya yang bernama Gagang Aking. Gagang Aking digambarkan sebagai pertapa yang saleh dan setiap harinya ia hanya makan sayur-sayurnya secukupnya saja. Ia juga rajin menjalankan kewajibannya sesuai ajaran para wiku yang saleh. Kisah ketiga dari keduanya menceritakan tentang pertentangan konsep dan pandangan yang berbeda antara keduanya dalam mencapai kesempurnaan tertinggi. Pertentangan oleh karena perbedaan pandangan ini tercermin dalam debat-debat kecil di antara keduanya dan juga di dalam sikap dan perilaku mereka yang berbeda. Gagang Aking yang merasa lebih tua atau lebih senior daripada Bubuksah merasa memiliki kewajiban untuk memperingatkan Bubuksah karena Bubuksah dianggap menyimpang dari ajaran yang benar. (Albes Sartono/Jbo)  

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB