PULANG dari sekolah, Hendri (bukan nama sebenarnya) tiba-tiba menghentikan langkahnya saat hendak masuk ke rumah. Di teras rumah, ia mendengar ada suara gaduh di dalam rumah.
"Lagi-lagi mereka bertengkar," kata Hendri dalam hati, sambil membalikkan badan dan tancap gas naik motor dengan kencang.
Akhir-akhir ini, orang tua Hendri memang sering terlibat pertengkaran yang tidak jelas. Hal itu acap kali dilakukan di depan Hendri. Bahkan sudah menjadi rahasia umum di lingkungan sekitar, bahwa rumah tangga Pak Dirga (bukan nama sebenarnya) sedang tidak harmonis.
Secara ekonomi Pak Dirga memang lebih dari cukup. Ia mampu memberikan semua kebutuhan keluarga, bahkan jauh di atas rata-rata para tetangganya. Rumah yang megah, mobil ada dua, dan berbagai fasilitas lainnya yang orang lain hanya menjadi angan-angan.
Namun rupanya tercukupinya kebutuhan ekonomi tak menjadi kebahagiaan sebuah keluarga. Bahkan Hendri merasa belakangan ini seperti tinggal di neraka jika pulang ke rumah. 'Rumahku bukan surgaku'. Kata-kata itu ditulisnya dengan spidol besar dan dite,pel di kamarnya.
Karenanya, Hendri lebih senang keluyuran di luar atau bermain di rumah temannya. Seperti siang itu, sebenarnya Hendri ingin istitrahat di rumah, karena pagi harinya ada kegiatan olahraga di sekolah. Tapi belum masuk rumah, ia sudah disuguhi drama yang tak nyaman dari kedua orang tuanya. Caci maki di antara kedua orang tuanya menjadi hal yang biasa didengarnya.
Agak mending Hendri masih bisa agak menahan diri. Berbeda dengan adik Hendri, Lusi (nama samaran) yang masih duduk di bangku SMP. Adiknya itu hanya menangis tersedu-sedu di kamarnya, setiap kali melihat pertengkaran kedua orang tuanya.
Hendri merasa kasihan melihat Lusi seperti itu, namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Jika dirinya bisa melampiaskan kekesalannya dengan 'lari' dari rumah, maka Lusi sebagai anak perempuan hanya bisa memendam perasaannya di dalam kamar.
Sementara jika ayahnya tidak di rumah, kondisinya tetap saja tidak nyaman. Pasalnya, sang ibu sering uring-uringan tanpa sebab. Rupanya kekesalan pada suami dilampiaskan Bu Dirga kepada siapa saja yang sedang ada di dekatnya. (Bersambung)