kearifan

SONOPAKIS, PESANGGRAHAN ELOK YANG RATA TANAH (3) Dilengkapi Patirtan Indah Kalibayem

Senin, 5 Maret 2018 | 10:16 WIB

-
MERAPI-JB SANTOSO
Bekas telaga Kalibayem, persis di barat pesanggrahan. Nasib Pesanggrahan Sonopakis sungguh ironis, pagar kelilingnya kini digunakan sebagai dinding rumah, pagar rumah atau dihancurkan sebagai sarana dan prasarana lalulintas. Demikian terungkap dari Monografi Pesanggrahan-pesanggrahan Kraton Yogyakarta yang diterbitkan BP3 Yogyakarta (2008). PADAHAL pada masanya, pesanggrahan tak hanya menjadi tempat rekreasi dan lokasi untuk menenagkan pikiran, melainkan juga sebagai tempat pertahanan dan beberapa kegiatan bersifat religius. Meniliki lokasinya, Pesanggrahan Sonopakis pasti merupakan tempat yang indah karena berada tak jauh dari sebuah telaga yang indah. Patirtan itu bernama Kalibayem. Ada yang menyebutnya sebagai rawa. Bagaimana kondisi patirtan itu di masa lalu? Ini sebuah pertanyaan menarik. Karena itu banyak penelitian dilakukan untuk meneliti Rawa Kalibayem. Salah satu penelitian yang pernah dilakukan adalah untuk mengetahui kondisi umum wilayah sekitar Rawa Kalibayem tahun 1830-1926. Juga untuk mengetahui latar belakang pembangunan Rawa Kalibayem. Selain itu juga untuk mengetahui kebijakan pemerintah kolonial Hindia Belanda terhadap Rawa Kalibayem termasuk pengelolan debit airnya. Penelitian tersebut menggunakan metode sejarah kritis menurut Kuntowijoyo. Metode sejarah adalah cara yang digunakan dalam merekonstruksi masa lampau. Metode sejarah memiliki lima tahap, yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber, kritik sumber, interprestasi dan tahap terakhir ialah historiografi. Dari penelitian diketahui pada masa kolonial berkisar tahun 1830-1926 sekitar Kalibayem merupakan tanah subur yang memungkinkan dibukanya area perkebunan tebu oleh pengusaha Belanda pada masa kolonial yang berimbas pada kebijakan irigasi melalui Rawa Kalibayem. Rawa Kalibayem pada awalnya dibangun oleh Sri Sultan HBo I dan dilanjutkan oleh Sri Sultan HB II sebagai sarana petirtaan Pesanggrahan Sonopakis yang kemudian tahun 1830-1926 dialihfungsi oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai sarana irigasi. Pada tahun 1830-1926 Rawa Kalibayem dijadikan sebagai sarana irigasi untuk persawahan dan perkebunan tebu milik pengusaha Belanda seperti di Kelurahan Ngestiharjo, Tirtonirmolo, Tamantirto, dan Padokan. Setelah tahun 1870 Rawa Kalibayem juga dijadikan sebagai sumber air untuk proses produksi di Pabrik Gula Padokan. (dari berbagai sumber)- (JB Santoso)

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB