“Aku kan memang cantik sejak lahir, Bang,” sahut Maya.
“Haha!” Hendra tertawa.
Semua pemain memberikan ucapan selamat pada Maya.
Malam itu sangat membahagiakan dan membanggakan bagi Maya.
Ia mengedarkan pandangan ke segenap penjuru ruang di balik panggung itu, dan tersenyum karena ia telah mencetak sejarah dalam hidupnya, malam itu.
Dan, Maya melihat sesosok perempuan tua berkebaya coklat muda berdiri di pintu keluar yang bercahaya temaram, karena lampu-lampu mulai dipadamkan.
“Nenek? Kaukah itu?” Maya menggumam.
Sosok itu tersenyum pada Maya tetapi hanya sesaat, lalu menghilang dalam keremangan cahaya. (Seperti dikisahkan Sulistiyo Suparno di Koran Merapi) *