Badannya juga terasa panas. Dua orang temannya lantas membawanya pulang ke Cebongan.
Beberapa hari kemudian, Mantarjo dan bapaknya mendengar kabar kalau penjual bambu yang sebelumnya tertimpa bambu yang melayang itu meninggal dunia karena sakit.
Mendengar kabar itu, hati sang bapak merasa tidak tenang.
Ia lantas menghubungi Pak Jumadi, kenalan dari daerah Bener yang terkenal sebagai orang pintar. (Seperti dikisahkkan Pandu Eka Prayoga di Koran Merapi) *