harianmerapi.com - Kerajaan bahari Sriwijaya berhasil menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara sepanjang abad ke-10.
Namun demikian, pada akhir abad ke-10 ini Kerajaan Medang yang berpusat di Jawa Timur, mampu tumbuh menjadi kekuatan bahari yang baru dan mulai menjadi pesaing kuat dominasi Sriwijaya.
Saat Tiongkok dikuasai Dinasti Song, mereka menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi, sedang Kerajaan Medang di Jawa disebut dengan nama She-po.
Menurut kisah mereka, San-fo-tsi dan She-po terlibat persaingan untuk menguasai Asia Tenggara.
Dua kerajaan itu sama-sama mengirim duta besar ke Tiongkok.
Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988 tertahan di pelabuhan Kanton ketika hendak pulang, karena saat itu kerajannya diserang oleh balatentara Jawa.
Serangan dari Jawa atau Medang ini diduga terjadi sekitar tahun 990-an, atau antara tahun 988 dan 992 yang berarti pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa.
Pada musim semi tahun 992, duta Sriwijaya tersebut hendak pulang, tapi terpaksa kembali tertahan di Champa karena ternyata negerinya belum aman.
Sang duta pun minta kaisar Song agar Tiongkok memberi perlindungan pada San-fo-tsi.
Padahal utusan Jawa juga tiba di Tiongkok tahun 992 itu. Ia dikirim oleh sang raja yang bar naik tahta tahun 991. Kono raja baru Jawa tersebut adalah Dharmawangsa Teguh.
Kerajaan Medang pun untuk sementara waktu sukses menguasai Palembang pada tahun 992. Kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur pasukan Sriwijaya.
Dalam Prasasti Hujung Langit tahun 997 disebutkan adanya serangan Jawa terhadap Sumatra itu.
Rangkaian serangan dari Jawa ini akhirnya gagal, bahkan Jawa tak berhasil membangun kekuasaan di Sumatra.