harianmerapi.com - Di kantor kursus mengemudi mobil “Cepat Trampil”, Sadiyo menerima seorang tamu perempuan. Mendaftarkan diri ikut kursus, atas nama Sumarsih.
“Besok siang jam sebelas bisa mulai kursus belajar nyetir, Mbak”, ujar Sadiyo.
Jam setengah sebelas keesokan harinya Sumarsih sudah siap. Pimpinan menunjuk Tikno untuk menjadi instrukturnya.
Sebagai pemula, Sang Kursisten diajak menelusuri jalan-jalan yang sepi, untuk pengenalan medan.
"Jalan di tempat ramai saja, Mas. Aku bosan jalan di tempat sepi begini”, ujar Sumarsih kepada instrukturnya.
Tikno menolak dengan alasan, Kursistennya baru saja mulai memegang kemudi.
Karena ngotot, Tikno, Sang Instruktur terpaksa memenuhi pemintaan Sumarsih. Mobil pun dibelokkan ke arah jalan raya di tengah kota.
Menghadapi ruwetnya lalu lintas, tampaknya sang Kursisten tidak gentar. Tenang-tenang saja.
“Lho...lho...sampeyan gila, Mbak. Mosok di tengah kota, jalan delapan puluh?! Jangan ugal-ugalan, Mbak. Sampeyan kan baru belajar,” dengan suara keras Tikno memperingatkan Sumarsih.
Baca Juga: Dua Pengeroyok Ade Armando Ditangkap Polisi, Ternyata Bukan Mahasiswa
Sumarsih tampaknya seorang perempuan ugal-ugalan. Teriakan Tikno tak digubris sama sekali.
Sang Kursisten itu acuh saja.
Kecepatan tetap tidak dikurangi. Tak ayal mobil tersebut jalannya pontang-panting ke kanan dan ke kiri.
Mobil yang di bagian belakang tertempel tulisan “Belajar” itu berlari bagaikan terbang.
Warga yang berada di pinggir jalan pada mengumpat. "Huh, sopir gila. Di jalan umum kok ngebut!”.
Tentu saja warga tidak mengira jika pengemudinya sedang dalam taraf belajar.