harianmerapi.com - Asmad adalah anak tunggal. Beberapa tahun lalu, orangtuanya bangkrut. Itu disebabkan perjanjian mereka dengan jin penunggu makam Dukuh terputus.
Ayahnya mati dalam keadaan tak wajar. Matanya membelalak dengan kornea yang mengalirkan darah. Ketika akan dikebumikan jadi horor karena kain kafan yang membungkusnya menolak.
Sampai saat ini kain itu tak pernah ditemukan, dan jenazah ayahnya dibungkus daun pisang. Sedang ibunya hidup bersama keluarga yang baru.
Baca Juga: Ini Gaya Hidup Sehat Anya Geraldine
"Nak, bangun, Nak." Perlahan, Asmad tersadar saat mendengar suara lelaki tua.
"Di mana aku?" tanyanya bingung.
Asmad terbangun dengan tubuh yang terbungkus kain lusuh. Tubuhnya sulit bangkit. Kakek itu pun menceritakan kejadiannya.
Sehabis membersihkan kebun, ia mendengar suara minta tolong. Saat didatangi, ia melihat anak muda yang mengigau di pinggiran makam.
Asmad menjelaskan, saat itu dirinya sedang menunggu temannya. Karena lelah, ia memutuskan bersandar di saung. Di saung itu, duduk dua perempuan cantik. Mereka merayunya agar istirahat sejenak.
Baca Juga: Berjiwa Pemaaf Tidak Instan, Perlu Dilatihkan Setiap Saat
Dengan suara lembutnya, wanita itu berkata, "Malam sunyi kusendiri, duduk sepi. Kubiarkan rambutku terurai. Menanti kekasihku yang belum mati. Kapan mati kekasihku? Kumenantimu di sini. Ayo mati, biar kita berjumpa lagi. Seperti dulu."
Sementara wanita satunya menyiapkan makanan.
"Setelah itu aku tidak sadar lagi. Begitu kira-kira, Kek," ujar Asmad.
Tiba-tiba, kakek itu menyeret jasad manusia. Asmad semakin bingung. Asmad berdiri mematung, jantungnya berdetak cepat, dan berkeringat dingin.
Jasad itu terlihat pucat, matanya melotot, serta tubuh dipenuhi lalat dan belatung. Bau busuk bercampur anyir menusuk hidung pemuda itu. Ia tak percaya mereka telah tiada.
Baca Juga: Cerita Hidayah, Lalai dalam Hal Waktu Maka Rezeki yang Sudah di Depan Mata pun Menjauh
Sang kakek pun menenangkan Asmad. Perasaan Asmad yang beku dalam duka akhirnya sembuh. Dan sekejap kemudian kakek itu sudah tidak ada, begitu pun kedua temannya. Asmad tertegun, ia mundur beberapa langkah sebelum akhirnya terbangun.