harianmerapi.com - Dibungkusnya kado pernikahan untuk sahabatnya dengan rapi. Tetapi air mata terburai jatuh hingga menguliti punggung tangan yang makin sembab.
Kini Danu kehilangan kembali harapannya untuk mencintai orang yang dirinya cinta. Dibanting bungkusan itu dan dibiarkan terserak di lantai.
Danu beranjak ke depan cermin dengan amarah yang kelam. Lantas bercerita tentang kisah pilunya ditinggalkan orang tercinta.
Baca Juga: Gara-gara Bapak Suka Nonton Video Porno
“Apakah aku memang tidak pantas untuknya. Sehingga dia memilih untuk nyaman sebagai pertemanan? Apakah seperti itu? Begitu? Brengsek!” dipukulnya dinding hingga lelah menyeduh mata dengan tenang.
Lampu dan kipas dibiarkan menyala, cermin selalu merekam kemalangan lelaki itu. Mata tertutup, mimpi mulai berantai menenangkannya.
Pipi cermin mengeluarkan kabut putih pekat. Benda tersebut menyelimuti seluruh ruangan hingga tubuh Danu pun mengalami kejang-kejang ketika menghirup aromanya.
Baca Juga: Rezeki Tak Kemana 1: Dizalimi Saudara Sendiri
Bangun... Bangunlah..., suara itu kembali menggali di telinga Danu.
Dirinya terbangun. Waktu masih petang, tetapi perutnya sudah mengajak untuk mencari kudapan. Ada aroma wangi di luar, tetapi saat keluar dari pintu kamar dirinya telah berada di tempat berbeda.
Seorang laki-laki tua datang, pakaiannya seperti priyayi Jawa di era penjajahan menemui Danu.
“Lihat! Gara-gara mencintai lelaki seperti kamu, Rahmi harus menderita seperti ini! Sekarang, kedatanganmu itu hanyalah merenggut sisa napas anakku satu-satunya!” pecahlah tangis laki-laki tua itu dan duduk di atas kursi bambu.
Baca Juga: Topeng Lengger Dusun Kledung 4: Setiap Dusun di Desa Sutopati Punya Kelompok Kesenian
Danu yang kebingungan mencoba berteriak sekencang mungkin untuk membalas. Namun, dirinya terjebak pada tubuh laki-laki lain dan bergerak di luar keinginannya, seakan hanya diminta melihat kisah lelaki itu.
Tiba-tiba kedua telapaknya sudah membawa nampan berisi sepaket masakan dan minuman hangat, wewangian inilah yang dirinya cium tadi. (Seperti dikisahkan Ichsan Nuansa di Koran Merapi) *