kearifan

Suran seniman ke-89 Padepokan Senin 'Tjipta Boedaja' Kabupaten Magelang mengusung tema Sancaya Kawedhar

Sabtu, 17 Agustus 2024 | 18:00 WIB
Pimpinan Padepokan Seni ‘Tjipta Boedaja’ usun Tutup Ngisor desa Sumber Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang , Sitras Anjilin (MERAPI-AMAT SUKANDAR)

HARIAN MERAPI - Padepokan Seni ‘Tjipta Boedaja’ di dusun Tutup Ngisor desa Sumber Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang merupakan salah satu ‘Benteng Budaya Jawa’ yang sampai kini masih melestarikan kesenian tradisional dan budaya spiritual Jawa.

Di sini setiap pertengahan bulan Sura digelar acara ritual tradisional ‘Ruwatan Seniman’ atau ‘Suran Seniman’.

Acara ini dilakukan pertama kali oleh pendiri padepokan (almarhum) rama Yoso Soedarmo pada tahun 1937 Masehi.

Baca Juga: Kapolresta Solo Pastikan Derby Jateng pada BRI Liga 1 Antara Persis Solo Melawan PSIS Semarang Akan Berlangsung Aman dan Kondusif

Ruwatan Seniman ini sebagai cara dan upaya seniman di padepokan ini agar seni dan tradisi Jawa tetap lestari. Keluarga besar trah Eyang Yoso Soedarmo merupakan para pelestari seni dan budaya Jawa di padepokan ini.

Kini sudah sampai generasi ketiga bahkan keempat. Artinya, para cucu dan cicit Eyang Yoso sudah terampil berolah seni di padepokan ini.

Ritual Suran Seniman di Padepokan Seni ‘Tjipta Boedaja’ yang bernuansa sinkretis yang
tidak lepas dari tradisi dan kepercayaan Jawa dan tetap bernafaskan agama Islam.

Ritual ini bermakna sebagai upaya melestarikan budaya spiritual Jawa dan kesenian tradisional yang masih ada dan berkembang di padepokan seni ini.

Baca Juga: Pemerintah alokasikan anggaran Rp504,7 triliun untuk kurangi beban masyarakat miskin

Dalam melaksanakan acara ini juga tidak berani mengesampingkan sesaji-sesaji yang harus ada dan diletakkan di tempat-tempat khusus sekitar padepokan.

Sesaji-sesaji harus dipasang di tempat-tempat khusus di sekitar padepokan. Ada sesaji
yang diletakkan di dekat Batu Punden, di bawah pohon beringin, bekas sumur dan di tempat-
tempat yang dianggap memiliki daya supranatural.

Sesaji acara ruwatan ini ada 170 jenis. Ada yang disebut ‘ancak alit’ dan ‘bucalan’, ada sesaji api berupa ‘senthir’ (pelita), yang apinya harus tetap menyala.

Sesaji berupa lauk yang harus disediakan yaitu masakan kepala kambing dan kikil kambing, hasil bumi seperti padi dan jagung yang digantung berderet di atas panggung pagelaran.

Baca Juga: 11 mahasiswa baru Undip diduga keracunan, 10 sudah boleh pulang dari rumah sakit

Semua sesaji ini bermakna sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberi rejeki dan kemakmuran kepada warga dusun Tutup Ngisor.

Halaman:

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB