HARIAN MERAPI - Pembangunan Klenteng ‘Hok An Kiong’ tidak lepas dari perkembangan kota Muntilan sebagai pusat perdagangan di wilayah Kabupaten Magelang.
Pada masa penjajahan Belanda kota ini tumbuh dan berkembang sebagai pusat perekomian daerah di mana banyak orang Tiong Hoa yang datang ke sini untuk membuka usaha perdagangan.
Seiring dengan perkembangan usahanya, mereka (Komunitas Tiong Hoa), juga memerlukan tempat untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaan tradisional yang mereka anut.
Baca Juga: Melongok Klenteng Hok An Kiong di Muntilan, ada Hio-Lo terbesar di Asia Tenggara
Pada awalnya, kelenteng dibangun di sebelah selatan Jl. Pemuda, tidak jauh dari lokasinya sekarang. Kala itu bangunannya masih sangat sederhana dengan dinding anyaman bambu (gedhek).
Klenteng ini pertama kali didirikan pada tahun 1878. Pada tahun 1906 bangunan klenteng dipindahkan ke sisi utara Jalan Pemuda di lokasi sekarang ini.
Pada tahun 1929 bentuk bangunannya disempurnakan, ditandai dengan adanya prasasti yang terpasang di tiang pintu pagar bertuliskan “ANNO 11–5–1929”.
Dalam perkembangannya, klenteng ini terus disempurnakan sehingga menjadi tempat pemujaan yang ‘representatif’.
Baca Juga: Mengenal alergi susu sapi pada anak. Inilah gejala, dampak dan tata laksana yang harus dilakukan
Di lokasi yang kini menjadi halaman luas di kompleks kelenteng ini, dulu ada bangunan gedung bioskop ‘Kartika’. Tidak jauh dari lokasi kelenteng ada gudang garam. Di dekat lokasi ini dulu juga ada sekolah Tiong Hoa.
Kelenteng ‘Hok An Kiong’ merupakan tempat pemujaan atau tempat ibadah yang menaungi para penganut ajaran Kong Hu Cu, agama Buddha, Taoisme, adat tradisi kepercayaan rakyat (folk religion) dan tempat pemujaan terkait dengan hal-hal yang gaib (‘perdukunan’).
Mereka yang datang beribadah di klenteng ini tidak hanya dari Muntilan, tetapi juga dari kota-kota lain. Pada perayaan Cap Go Meh 2559, pada hari Kamis, 21 Pebruari 2008, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata kala itu, Ir. Jero Wacik menghadirinya.
Kemudian pada tanggal 1 Desember 2008, Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok, Mrs. Zhang Qi Yue juga berkunjung ke kelenteng ini.
Adat tradisi kepercayaan Tiong Hoa memuja Dewa (Roh) Bumi dan Dewa (Roh) Langit. Dewa Langit dan Dewa Bumi merupakan lambang kekuasaan dan kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa.