HARIAN MERAPI - Kisah sosok misterius di Jembatan Mirit 3, Kakek itu ternyata Mbah Kliwon yang sudah meninggal.
Keesokan harinya Tugi kembali bergegas menyiapkan dagangannya. Dari kejauhan sudah nampak kerumunan orang berdiri di jembatan. Tugi pun mempercepat langkahnya.
Tak disangka ternyata mereka ingin membeli dawet Tugi. Bus pariwisata pun mulai berdatangan. Orang-orang berkerumun mengelilingi dagangan Tugi. Ia sampai kewalahan.
Dalam sekejap dagangannya habis. Tugi pun tak henti-hentinya mengucap syukur meskipun dalam hati kecilnya ia merasakan kejanggalan.
Sepanjang perjalanan pulang ia masih saja terbayang wajah kakek misterius yang ia temui kemarin. Seketika ia ingat siapa kakek tersebut. Wajahnya mirip salah seorang langganan dawet ketika ia masih remaja.
Sejak remaja Tugi sudah membantu ayahnya berjualan. Ia pun segera pergi ke rumah ayahnya dan menceritakan hal tersebut.
Setelah menceritakan kejadian tersebut, Tugi dan ayahnya berniat mendatangi rumah pelanggan dawet. Sesampainya di rumah mereka bertemu dengan istrinya yang sudah berumur 85 tahun.
Wajahnya tentu sudah jauh berbeda, rambut kini sudah memutih. Tugi dan ayahnya hampir tidak mengenalinya. Dahulu Mbah Yem dan suaminya merupakan pelanggan setia.
Setelah pulang dari sawah kerap mampir untuk melepas dahaga dan bercengkrama. Mbah Yem pun menyambut baik kehadiran mereka. Betapa terkejutnya mendengar cerita yang disampaikan Tugi.
Mbah Yem turut merasa senang usaha dawetnya tidak jadi gulung tikar. Ia pun mengajak Tugi dan ayahnya menemui Mbah Kliwon.
Tugi dan Ayahnya hanya terdiam dan saling memandang. Tubuh Tugi pun lemas seketika. Bulu kuduknya kembali bergidik. Surup-surp ia dapati sebuah batu nisan bernama Mbah Kliwon.
Ternyata Mbah Kliwon sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Antara percaya dan tidak tentang kejadian yang menimpanya, nyatanya yang ia lihat tempo hari tiada lain adalah Mbah Kliwon.