Dan Saro sama sekali tak diberi ruang untuk menolak. Usai sempat diseret kenangan ke pusaran masa lalu, Saro mentas dan kembali fokus ke masa kini. Akhir-akhir ini ia sungguh-sungguh kepikiran dengan Ainun.
Kejanggalan sikap Ainun setiap pulang dari rumah Wiba, digdaya menggali rasa penasaran di benak Saro. Ainun selalu pulang ke rumah dengan perut kelaparan.
Padahal mustahil di rumah bapaknya tidak ada makanan. Apalagi Wiba punya warung sembako. Kalau sekadar mi instan dan telur pasti ada.
Andai Purwanti tak berkenan memasakkan mi instan untuk anak tirinya, pasti Ainun bisa merebus sendiri.
Pula sependek pengetahuan Saro, mantan ibu mertuanya atau neneknya Ainun hampir selalu memasak makanan berlimpah tiap harinya. (Seperti dikisahkan Endang S. Sulistiya di Koran Merapi) *ᅠ