HARIAN MERAPI - Ritual 'Nge Tiam' yang sakral 1, dipercaya untuk memasukkan roh suci ke dalam liong.
Masyarakat Tionghoa di Yogyakarta baru saja menggelar ritual Ngetiam. Apa itu Tiam? Bagaimana prosesinya? Malam semakin larut. Suasana di Perkumpulan Budi Abadi Hoo Hap Hwee Yogyakarta malam itu tampak sepi.
Hanya beberapa orang tampak duduk-duduk di halaman depan. Sedang melayat. Maklum, sedang ada perkabungan di rumah duka itu.
Baca Juga: Film horor Malam Para Jahanam, tak sekadar tampilkan hantu, tapi juga ini
Memasuki halaman dalam, suasananya sedikit berbeda. Beberapa anggota Hoo Hap Hwee tampak duduk-duduk di koridor. Sebagian sedang bercengkrama. Seakan menantikan sesuatu.
Semakin malam semakin banyak yang datang. Para pengurus pun berdatangan satu per satu. Hingga mencapai puncaknya ...
Tiba-tiba lampu dimatikan. Ruangan yang semula terang, berubah jadi remang-remang. Ruangan pun temaram. Dan sunyi.
Sejurus kemudian Ketua Umum Perkumpulan Hoo Hap Hwee Yogyakarta, Tandean Harry Setio berjalan perlahan menuju ke altar. Diikuti beberapa orang pengurus.
Baca Juga: Bolehkah wanita menopause beri minyak zaitun pada organ intim, begini penjelasan pakar ginekologi
Waktu sudah menunjukkan sekitar jam 9 malam. Upacara ‘tiam’ dimulai.
Tiam atau yang sering dikenal sebagai ritual ‘naga buka mata’ ini adalah ritual sakral dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa yang dipercaya untuk memasukkan roh suci ke dalam liong (naga).
Biasanya liong (naga) itu akan dipergunakan dalam upacara (ritual) tertentu.
Bagi masyarakat Tionghoa, upacara tiam (atau disebut nge tiam) ini sangat sakral.
Tidak sembarangan orang bisa melakukannya. Biasanya dilakukan oleh suhu, tatung atau lao ye (orang yang dituakan).
Sebagian orang percaya bahwa nge tiam itu adalah memasukkan roh Sang Naga sendiri ke dalam badan naga dan kemudian ‘dikunci’.