“Sewaktu mereka berdua menikah itu sebenarnya pak Bayu sudah punya istri dan anak satu, tinggal di daerah lain, Nduk. Karena itu almarhumah ibunya Bu Ratih tidak merestui mereka. Tapi bu Ratih memaksa, bahkan nekat mau kabur dari rumah waktu itu. Sampai dicari-cari dan ternyata mereka tinggal berdua. Akhirnya terpaksa direstui. “
“Jadi, pak Bayu bercerai, terus menikah dengan bu Ratih gitu to, Bu?”
“Kalau kata tetangga-tetangga sewaktu nikah itu belum cerai. Mereka nikah siri, Nduk. Nikah resminya malah belum lama, baru sewaktu bu Ratih hamil. Soalnya kan kalau belum cerai, tidak bisa dapat surat nikah yang baru to dan nggak bisa buat akta kelahiran anak”.
“Ow, begitu to Bu ceritanya.”
“Iya, tapi kamu jangan bilang-bilang ya. Meski tetangga sini hampir semua tahu, kan kita tidak ngerti mana yang suka dan tidak suka. Biarlah itu menjadi urusan mereka. Kita orang lain, cukup tahu saja.”
“Nggih, Bu.”
“Aku cerita ini sama kamu biar tahu, biar nanti jangan sampai salah bicara dengan mereka berdua.” Lanjut ibu.
“Nggih, Bu. Saya paham.” (Seperti dikisahkan Isna Nur Isnaini di Koran Merapi) *