HARIAN MERAPI - Kisah cerita horor teror hantu pohon asam 2, aneh sekali, semakin kutarik gas kok malah semakin pelan jalannya motor.
Jalanan yang kulalui untuk sampai ke rumah memang cukup gelap. Perumahan di sana sangat renggang. Jarak antar satu rumah dengan yang lain cukup jauh diselingi pekarangan dan kebun pisang maupun kakau.
Seperti memang vegetasi di sana mendukung cerita orang-orang tentang keangkeran desaku. Banyak pohon bambu, banyak semak belukar, dan juga minim penerangan.
Ada pula pohon asem besar dekat pertigaan menuju rumahku. Rumahku belok ke kanan dan pohon asem itu ada di sudut belokan itu. Masyhur cerita tentang hantu pohon asem itu.
Konon dahulu ada perempuan yang pernah gantung diri di pohon itu. Arwahnya gentayangan dan meneror orang-orang yang lewat dengan tangisan dan sosoknya kadang muncul di samping pohon asem besar itu.
Namun selama ini, setidaknya sampai kemarin aku tidak pernah menemukannya atau diperlihatkan sosoknya. Entahlah mungkin dia tidak menganggap aku menarik untuk diajak bermain-main.
Malam itu aku mencoba untuk tetap melek dan terjaga karena aku mengendarai sepeda motor. Selepas keluar dari kompleks pondok pesantren, hawa-hawa dingin mulai kurasakan.
Aneh, padahal malam itu angin sedang jarang dan saat itu sedang musim kemarau. Meskipun begitu aku tetap tidak bergeming, mungkin besok pagi mau hujan jadi dingin.
Baca Juga: Sedekah Laut di Pantai Baron Gunungkidul Dibanjiri Ribuan Wisatawan Luar Daerah
Bayangan-bayangan tentang cerita-cerita horor dari warga desa mulai bertamu di kepalaku. Apalagi setelah melewati beberapa tempat yang dianggap angker oleh orang-orang.
Entah mengapa badanku mulai merinding, bulu di leherku mulai berdiri, sepertinya ada angin lewat pikirku mencoba mensugesti diri sendiri bahwa tidak akan ada apa-apa.
Namun, karena kelelahan pikiranku susah sekali untuk dikontrol. Aku mulai merasakan ketakutan dan kengerian. Cerita-cerita yang pernah kudengar mulai berkecamuk dan merasuki darahku, membuatku merasakan ketakutan.
Sebelum sampai di pertigaan itu, aku merasakan tubuhku memberat, sepeda motorku juga seakan bertambah pelan. Aku mulai dilanda ketakutan.
Ketika sampai di pertigaan itu, aku melihat pohon asem itu begitu besar. Terlihat sangat suram dan menyeramkan lebih dari biasa yang kulihat.
