Jelas sekali wajahnya menampakkan kemarahan yang luar biasa. Kedua bola matanya mendelik. Mukanya berwarna merah.
“Kurangajar! Kamu yang mencuri pakaianku ya? Ayo kembalikan! Aku kedinginan” ujar penampakan berupa wajah pak Anusa tersebut.
Namun Ganjur tetap bersikukuh, tidak akan mengembalikan kain kafan tersebut. Sebelum dirinya menjadi kaya raya.
Tak hanya sekali saja penampakan wajah Pak Anusa mendatangi Ganjur. Tiap malam jendela kamar Ganjur diketuk. Penampakan tersebut mengumpat dan mengumpat, memperlihatkan kemarahannya pada Ganjur.
Sampai dua bulan kejadian itu terulang setiap malam. Menjadikan jiwa Ganjur terguncang. Dan akhirnya menjadi sinting atau setengah gila.
Usut punya usut, ternyata Ganjur salah perhitungan. Orang jadi teringat, Pak Anusa meninggal pada hari Selasa Kliwon jam delapan malam.
Padahal, menurut perhitungan Kejawen, hari Selasa Kliwon jam delapan itu sudah masuk hari Rabu Legi.
“Yah, Ganjur salah menghitung. Grusa-grusu dan tidak mau bertanya kepada orang yang faham. Itulah akibatnya”, ujar warga. - Nama samaran. (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *