HARIAN MERAPI - Kisah cerita horor tahun tujuh puluhan
Kala itu warga geger gara-gara burung keblak siluman pemakan tajin.
Sekitar tahun tujuh puluhan, listrik belum merata masuk desa.
Baca Juga: Putranya diinjak-injak anak AKBP Achiruddin Hasibuan, keluarga minta pelaku dihukum setimpal
Penerangan masih seadanya menggunakan obor, semprong, atau lilin.
Masa-masa itu, berbagai jenis makhluk halus sering bermunculan karena kondisi yang masih minim penerangan.
Rumah nenek buyutku dikelilingi oleh pepohonan besar dan rumpun bambu, dekat dengan alas dan sawah.
Banyak mitos yang tersebar di kalangan warga desa, diceritakan dari mulut ke mulut termasuk keberadaan berbagai jenis lelembut.
Salah satunya adalah keblak. Ada yang menyebutnya makhluk jadi-jadian, dengan wujud siluman burung berkaki satu.
Saat itu, nenek buyut sedang menyiapkan makan malam untuk kakek buyutku.
Di luar gelap gulita, hanya diterangi sepercik cahaya lilin kekuningan yang menembus celah-celah dinding bambu.
Suara jangkrik dan serangga malam saling bersahutan, diselingi suara burung hantu dari kejauhan.
Usai menyantap makan malam, nenek buyutku ke ruangan belakang untuk mencuci piring dan gelas kotor.
Tak berapa lama kemudian, terdengar bunyi kepakan sayap yang sangat keras dan kencang.