“Padahal ini lantai empat, masak ada orang yang mengetuk jendela?” Sambungnya sambil menunjukkan wajah yang tampak bingung.
Empat perawat yang masuk kamar hanya saling berpandangan tak berani menjawab apalagi berkomentar.
Baca Juga: Cerita mistis tentang pohon jeruk yang pernah tumbuh di tepi sawah di Candimulyo Magelang
Untuk menghibur hatinya, maka kukatakan itu hanya suara angin.
Namun dia tetap membantah dan menganggap kalau yang baru dilihatnya itu adalah benar-benar ada orang.
“Masak aku salah melihat?” Jawabnya membela diri.
Malam itu aku terpaksa begadang untuk berjaga dari kejadian yang mengganggu pikiran itu.
Hati kukuat-kuatkan agar tak jadi takut karena harus menjaga anak yang sedang sakit dan menenteramkan istri yang masih ketakutan.
Perasaanku waktu seperti berjalan lama sekali di malam itu.
Lampu lorong rumah sakit terlihat suram dan sepi.
Meski terkadang terdengar suara gesekan langkah-langkah kaki namun setiap kali tak cari tak ada orang yang sedang berjalan.
Tengkuk dan bulu kudukku merinding dan semua bulu di sekujur tubuh pun berdiri.
Perasaan di hati saat itu bercampur baur antara takut dan berani bertanggung jawab kepada keluarga. (Seperti dikisahkan Ardian Kresna di Koran Merapi) *