Ningrum masih berusaha untuk mencerna apa yang ia lihat di depannya. Prang!
suara piring jatuh terdengar dari luar kamar kos Ningrum, yang akhirnya membuat Ningrum bisa kembali bernafas dengan normal dan bayangan hitam pun hilang.
Tanpa memikirkan siapa yang menjatuhkan piring di dapur kosnya, Ningrum bergegas untuk minum air putih di dekatnya untuk menenangkan diri dengan tarikan nafasnya yang berat dan detak jantung yang masih berdegup dengan kencang, Ningrum berusaha mengatur nafas nya.
Suasana kamar yang semula mencekam menjadi normal kembali, lantunan sholawat yang mulai terdengar dari musholla dekat dengan tempat kos Ningrum menandakan waktu sudah mendekati subuh.
Ningrum memutuskan untuk mengambil wudhu untuk bergegas sholat subuh berharap suasana hatinya menjadi lebih tenang dan merasa terjaga.
Adzan berkumandang, Ningrum menunaikan sholat subuh dan melanjutkan untuk kembali memejamkan matanya. Semenjak kejadian itu Ningrum mengalami demam tinggi, Putri sebagai teman terdekatnya membantu Ningrum untuk berobat ke rumah sakit agar demam yang ia alami segera sembuh. (Dikisahkan Anya Ahda Mahira, Universitas Ahmad Dahlan di Koran Merapi) *