Karena sudah beberapa hari berlalu kebiasaan kerasukan itu sering terjadi. Bodohnya aku, malah menemaninya disini. Udah benar tadi nurut pas dirusuh main.
Biasanya, aku selalu kabur kalau dia sedang kerasukan. Sial memang. Adegan berantem untuk merebut bola naga, jadi terasa sangat menyeramkan disituasi seperti ini.
Aku tetap menonton teve, dan pura-pura tidak mendengar suara cekikikan itu. Mau lari juga kaki gak bisa diajak kompromi.
Emang dasarnya nih setan caper kali ya, suara cekikikannya makin kenceng. Kaki aku makin lemas dan bergetar dengan sendirinya. Makin lama semakin kencang, kencang dan kencang.
Tiba-tiba dalam hitungan detik berhenti.
"Apa sudah keluar ya setannya?" tanyaku dalam hati.
Aku berusaha menenangkan, dan memberanikan diri untuk memastikan, apakah kakak sudah normal kembali. Di saat aku sedang mencoba untuk menenangkan diri, aku merasa dia sedang memperhatikanku.
Aku memutuskan untuk melihat keadaannya. Aku hentakan kepalaku dengan cepat, dalam hitungan detik langsung terlihat jelas wajahnya.
Di hadapanku saat ini, terlihat wajah seorang wanita dengan senyum yang sangat mengerikan. Untuk orang yang saya kenal dan dekat ini terasa begitu mengerikan.
Dia sedang tersenyum lebar dan hanya gigi bagian atasnya yang terlihat. Ternyata dugaanku benar, dia sedang memperhatikanku sambil tersenyum mengerikan seperti itu.
Dia terus memperhatikan saya dengan tatapan mata yang sangat kosong.
Mau lari gak bisa, mau teriak juga suara gak bisa keluar. Aku cuman bisa nangis doang saat itu. Melihat diriku sedang menangis, setan itu bukannya keluar, malah dengan santainya mengelus kepalaku.
Bukannya tenang, malah bikin tangisanku bertambah kencang.
Ekspresi wajah mengerikan-nya tidak berubah sama sekali. Beruntung Orangtua saya mendengar, lalu dengan tergesa-gesa menghampiri kami berdua. Terjebak dalam kondisi itu, lima menit berasa satu jam, suer.
Bapak menggendong aku ke kamar, dan Ibu langsung menyuruh Kakak tertua di keluarga untuk memanggil orang yang katanya pintar.