Tidak lama kemudian suara itu terasa mendekati kamarku. Sebelah kamarku merupakan lahan kosong yang gelap karena tidak diberi penerangan yang cukup oleh bapak.
Bulu kudukku terasa berdiri. Aku mulai celingak-celinguk menatap ke arah belakang tempatku duduk di kamar. Tidak ada siapapun kecuali aku.
Suara itu terdengar kembali. Suara cekikikan yang teramat dekat. Aku tidak berani membangunkan orang rumah. Takut mengganggu keluarga yang sedang terlelap dalam istirahatnya.
Aku mulai mendengar kembali suara cekikan tersebut. Seperti suara seorang perempuan. Aku langsung mematikan laptopku. Tidak peduli pembahasan skripsi lagi.
Aku tidak mematikan lampu kamar. Aku segera mengambil selimut dan tidur. Seolah-olah tidak mendengar suara cekikan. (Dikisahkan Setya Romana di Koran Merapi) *