Indef : Target Pemerintah Jaga Inflasi 3 Persen Cukup Moderat

photo author
- Selasa, 17 Agustus 2021 | 16:34 WIB
Tangkapan layar Presiden Joko Widodo saat pidato RAPBN 2022 dan Nota Keuangan di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin (16/8/2021) (ANTARA/Youtube Sekretariat Presiden)
Tangkapan layar Presiden Joko Widodo saat pidato RAPBN 2022 dan Nota Keuangan di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin (16/8/2021) (ANTARA/Youtube Sekretariat Presiden)

JAKARTA, harianmerapi.com - Target pemerintah untuk menjaga inflasi pada tingkat 3 persen dan suku bunga Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun 6,82 persen merupakan target yang moderat atau rasional. Namun demikian pemerintah perlu mewaspadai inflasi pangan.

“Katakan ekonomi sudah full capacity seperti sebelum pandemi, biasanya mulai recovery dulu dan pada titik itu produsen tidak akan segera menaikkan harga, sehingga 3 persen masih moderat,” kata Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto dalam Diskusi Publik Indef secara daring, Selasa (17/8/2021).

Namun, lanjut Eko, ketika pemulihan ekonomi seperti yang diharapkan terjadi pada 2022, pemerintah perlu mewaspadai potensi inflasi pangan.

“Kekurangan tidak tapi aksesibilitas, biasanya ketika demand meningkat tidak semua daerah punya supply yang cukup, nah di situ ada efek inflatoir,” ujar Eko.

Baca Juga: Polisi Tangkap Pelaku Pelecehan Seks di Sleman yang Viral

Eko juga menilai target suka bunga SUN 10 tahun sebesar 6,82 persen masih moderat meski masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia.

Menurut dia, target defisit APBN masih cukup tinggi sehingga bunga obligasi tidak akan terlalu rendah.

“Harus menjanjikan bunga yang menarik agar orang mau membeli SUN kita. Kalau dalam konteks saat ini, sebetulnya ini target yang moderat,” katanya.

Tak hanya itu, Eko juga menilai target nilai tukar rupiah sebesar Rp14.350 per dolar AS merupakan bentuk optimisme seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang mulai terlihat pada 2021.

Namun ia menekankan bahwa kecepatan recovery setiap negara berbeda, khususnya negara maju yang berpotensi mengganggu stabilitas akibat capital outflows.

“Pemulihan yang cepat di negara maju juga peluang bagi kita untuk bisa mendorong ekspor dan bisa menghasilkan devisa serta memberikan bantalan pada penguatan nilai tukar kita,” jelas dia.

Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5 hingga 5,5 persen, ia menyebut target tersebut optimistis namun kurang realistis karena ketidakpastiaan pada 2022 masih tinggi. Sehingga dukungan pemulihan di sektor konsumsi, investasi, dan ekspor secara bersamaan menjadi komponen penting untuk mendukung pencapaian target tersebut.

“Jika salah satunya saja meleset, dugaan saya pertumbuhan ekonomi juga akan meleset di bawah 5 persen,” kata dia.

Dalam pidato penyampaian RUU APBN Tahun Anggaran 2022 dan Nota Keuangan pada Rapat Paripurna DPR-RI Tahun Sidang 2021 - 2022, Presiden Joko Widodo menyampaikan pada 2022, inflasi akan tetap terjaga pada tingkat 3 persen, menggambarkan kenaikan sisi permintaan, baik karena pemulihan ekonomi maupun perbaikan daya beli masyarakat.

Rupiah diperkirakan bergerak pada kisaran Rp14.350 per dolar AS, dan suku bunga Surat Utang Negara 10 tahun diperkirakan sekitar 6,82 persen yang mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia dan pengaruh dinamika global.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X