HARIAN MERAPI- Isu terkait akan munculnya fenomena resesi global pada 2023 masih ramai dibahas terlebih dalam diskusi-diskusi ilmiah di bidang ekonomi.
Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HIMIE - UMY), baru-baru ini pun, menggelar acara bertajuk, “Dialog Mahasiswa Terhadap Resesi Ekonomi 2023”.
Salah satu nara sumbernya, yakni pakar ekonomi sekaligus dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY, Dr Ayif Fathurrahman SE SEI MSi.
Baca Juga: Prabowo-Cak Imin akan sering bertemu di Sekber, begini strategi mereka
Menurut Dr Ayif, adanya ketahanan ekonomi Indonesia didasarkan oleh beberapa faktor. Sebagai contoh, dilihat dari sektor yang masih stabil pertumbuhannya, antara lain sektor ekspor-impor.
“Dalam triwulan terakhir, stabilitas kegiatan ekspor-impor Indonesia dapat dibilang baik, bahkan cenderung meningkat. Termasuk harga beberapa komoditas minyak mentah seperti sawit dan logam yang juga meningkat,” paparnya.
Selain meningkat, sebut Dr Ayif, tentu saja menguntungkan Indonesia. Pada 2021 lalu, pendapatan Indonesia melalui ekspor batu bara, bahkan bisa mencapai 400 triliun rupiah.
Kendati dengan nominal sebesar itu, lanjut Dr Ayif, kenyataannya komposisi ekspor-impor dari total Produk Domestik Bruto (PDB) hanya sekitar 50 persen, sehingga guncangan ekonomi di tingkat global tak akan terlalu berdampak.
Baca Juga: 10 orang tewas dalam insiden penembakan di kelab malam Los Angeles, adakah korban WNI ?
Hal tersebut karena stabilitas ekonomi nasional lebih dipengaruhi oleh keberadaan UMKM yang juga menjadi bentuk antisipasi pemerintah Indonesia.
“UMKM di Indonesia memberikan kontribusi yang lebih besar yaitu sekitar 67 persen, maka jika Indonesia ingin mempertahankan fundamental ekonomi nasional harus terus menguatkan eksistensi UMKM,” tandasnya.
Meski demikian, Dr Ayif sendiri tak menyangkal bahwa masih terdapat faktor yang membuat Indonesia rentan terkena resesi, salah satunya jika masyarakat kaya di Indonesia lebih mengutamakan investasi di luar negeri.
Artinya pula jika lebih mengutamakan investasi di luar negeri dibandingkan di dalam negeri, antara lain dapat menyebabkan Indonesia kekurangan modal.
“Namun, kita tetap optimis selama Indonesia dapat mempertahankan basis fundamental ekonomi, maka akan dapat bertahan dari resesi global. Justru Indonesia dapat menjadikan ini sebagai peluang bukan ancaman,” harap Dr Ayif.