Perppu Cipta Kerja, Ekonom dan Pakar Hukum beda pandangan

photo author
- Jumat, 30 Desember 2022 | 19:11 WIB
Arsip.  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas 2022 yang diselenggarakan SKK Migas, Kamis (24/11/2022).    (Foto : Istimewa)
Arsip. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas 2022 yang diselenggarakan SKK Migas, Kamis (24/11/2022). (Foto : Istimewa)

Solusi Tidak Relevan

Pakar hukum dari Universitas Islam Indonesia Anang Zubaidy menilai tidak tepat atas keputusan pemerintah untuk menerbitkan Perpu Cipta Kerja. Sebelumnya Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan bahwa UU Cipta Kerja inkonstitusionalitas bersyarat.

"Menurut saya penerbitan perpu ini tidak relevan untuk menyelesaikan problem yuridis yang sudah diputuskan oleh MK," tegasnya.

Menurutnya, perppu tidak menyelesaikan persoalan formal pada UU Cipta Kerja sebagaimana yang diputuskan MK. UU Cipta Kerja dinilai bermasalah dari sisi pembentukan.

Baca Juga: Ada apa destinasi wisata Cimory berganti nama menjadi Dairyland?

"Sebenarnya putusan MK kemarin menyatakan inkonstitusional bersyarat dari sisi formil, dari sisi pembentukannya. Kalau dari sisi pembentukannya, menurut hemat saya, tidak bisa diselesaikan dengan perpu," lanjutnya.

Anang menuturkan penerbitan perpu merupakan kewenangan pemerintah yang intinya adalah tindakan subjektif. Pemerintah dalam hal ini adalah presiden. Perpu dikeluarkan ketika dinilai ada kondisi yang mendesak.

"Pertanyaannya, yang mendesak dari sisi apa? Aspek substansi. Kan MK belum pernah menguji aspek substansinya, baru menguji aspek formalnya, proseduralnya. Yang itu menurut MK bermasalah, sehingga perlu diperbaiki," tegasnya.

Baca Juga: Ini jam rawan gangguan kamtibmas di Salatiga, jelang tahun baru 2023 ribuan botol miras dimusnahkan

Sebab itu, perbaikan yang patut dilakukan pemerintah adalah membahas ulang UU Cipta Kerja bersama dengan DPR berdasarkan catatan perbaikan yang telah dikemukakan MK.

"Mestinya kalau ini akan diperbaiki, waktu 2 tahun yang diberikan oleh MK adalah bagi pemerintah bersama dengan DPR untuk membahas ulang aspek-aspek yang menjadi catatan MK," sambungnya.

Menurutnya, penerbitan perppu itu tidak menyelesaikan masalah hukum. Sebab, UU Cipta Kerja bermasalah bukan pada substansi, melainkan pada aspek formal. "Ya tidak menyelesaikan masalah. Karena problemnya bukan di substansi," pungkasnya.(*)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X