Negara maju alami perlambatan ekonomi, Ekonom : Dampaknya tidak signifikan terhadap Indonesia

- Senin, 1 Agustus 2022 | 20:14 WIB
Tangkapan layar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Ministry of Finance Festival 2021 di Jakarta, Kamis (18/11/2021).  (ANTARA/AstridFaidlatulHabibah.)
Tangkapan layar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Ministry of Finance Festival 2021 di Jakarta, Kamis (18/11/2021). (ANTARA/AstridFaidlatulHabibah.)

JAKARTA, harianmerapi.com - Ketidakpastian ekonomi yang disebabkan perang Rusia-Ukraina masih menghantui dunia, termasuk Indonesia.

Selain perang tersebut, saat ini juga terjadi perlambatan ekonomi negara maju yaitu Amerika Serikat dan China.

"AS, China, Eropa adalah negara-negara tujuan ekspor Indonesia. Jadi, kalau mereka melemah, permintaan ekspor turun dan harga komoditas turun," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Baca Juga: Alat pendeteksi Tsunami tidak berfungsi, BMKG minta masyarakat pesisir selatan waspada

Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Indonesia Januari–Juni 2022 mencapai US$141,07 miliar atau naik 37,11 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$133,31 miliar atau naik 37,33 persen.

Namun menurut Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, perekonomian Indonesia masih ditopang konsumsi dalam negeri yang kuat.

Dia menambahkan, Indonesia ekonominya cenderung tidak terlalu open. Sekitar 50% lebih ekonomi indonesia ditopang konsumsi dalam negeri.

"Jadi dampaknya harusnya tidak signifikan ya. Ditambah permintaan batu bara tetap kuat ya walau china melambat. Karena permintaan eropa naik di tengah penurunan impor energi dari Rusia,” kata pria yang akrab disapa Oce ini.

Hal lain yang dikhawatirkan adalah laju inflasi dalam negeri. BPS melaporkan laju inflasi domestik bulan lalu adalah 0,64% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Lebih tinggi dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 0,61%.

Baca Juga: Perkembangan kasus tewasnya Brigadir J, Timsus Polri periksa petugas Smart Co Lab dan sopir Ferdy Sambo

Namun secara tahunan (year-on-year/yoy), laju inflasi ter akselerasi. Inflasi Juli 2022 tercatat 4,94% yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 4,35% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Oktober 2015.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi inflasi, yaitu harga bahan pokok, transportasi dan konsumsi rumah tangga seperti listrik dan bahan bakar.

“Lebih lanjut kami masih memprediksikan inflasi akan terus naik secara substansi maupun mendasar pada semester ke 2 tahun 2022. Ini lebih disebabkan meningkatnya permintaan ( demand-pull inflation) menyusul dari pelonggaran PPKM yang membuat masyarakat lebih leluasa bergerak dan kecepatan uang berputar,” kata Oce.

Meski trend inflasi diperkirakan akan terus naik, namun pihaknya optimis inflasi akan berada pada 4,60% di akhir tahun, sedikit diatas kisaran Bank Indonesia yaitu 3%+1.

Oce berpendapat kondisi perekonomian Indonesia masih akan baik. Apalagi jika dibandingkan dengan awal Pandemi

Halaman:

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X