Emas Naik 34,1 Dolar Setelah 'Greenback' Jatuh

photo author
- Jumat, 1 Oktober 2021 | 07:14 WIB
ilustrasi - Emas (ANTARA Foto/HO)
ilustrasi - Emas (ANTARA Foto/HO)

CHICAGO, harianmerapi.com - Pada akhir perdagangan Kamis (30/9/2021) atau Jumat pagi WIB, emas melambung hampir dua persen setelah dolar jatuh karena angka pekerjaan mingguan AS yang suram.

Namun penurunan baru-baru ini didorong oleh ekspektasi Federal Reserve akan segera mulai mengurangi dukungan ekonominya membuat emas mencatat penurunan bulanan dan kuartalan.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di Divisi Comex New York Exchange, melambung 34,1 dolar AS atau 1,98 persen menjadi ditutup pada 1.757 dolar AS per ounce. Emas anjlok sekitar 3,4 persen selama September dan turun 0,8 persen pada kuartal ketiga.

Baca Juga: Indonesia Optimis Bakal Lewati Malaysia di Babak Perempat Final Piala Sudirman

Sehari sebelumnya, Rabu (29/9/2021), emas berjangka merosot 14,6 dolar AS atau 0,84 persen menjadi 1.722,90 dolar AS, setelah jatuh 14,5 dolar AS atau 0,83 persen menjadi 1.737,50 dolar AS pada Selasa (28/9), dan naik tipis 0,3 dolar AS atau 0,02 persen menjadi 1.752 dolar AS pada Senin (27/9).

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (30/9) bahwa jumlah orang Amerika Serikat yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran mencapai 362.000 dalam pekan yang berakhir 25 September, meningkat 11.000 dari minggu sebelumnya sehingga memicu kekhawatiran pasar tenaga kerja melemah.

"Ini juga menyebabkan ketidakpastian tentang tapering Fed, karena mereka ingin pasar kerja yang kuat untuk mengumumkan tapering," kata konsultan independen Robin Bhar, menambahkan bahwa penundaan apa pun bisa positif untuk emas.

Baca Juga: Indro Warkop Tak Ingin Urusan dengan Warkopi Berlanjut ke Ranah Pidana

Emas juga "berjalan ke beberapa pembelian fisik baru, dengan beberapa investor mencari lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi, kenaikan inflasi," kata Bhar.

Tetapi prospek yang meningkat untuk tapering Fed, yang secara luas diperkirakan akan dimulai pada November, dan peluang imbal hasil obligasi pemerintah terus meningkat, diperkirakan akan menambah lebih banyak tekanan pada emas dengan imbal hasil nol, kata Han Tan, kepala analis pasar di Exinity.

Pengurangan stimulus bank sentral dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil obligasi pemerintah lebih tinggi, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Baca Juga: Lombok Utara Digoncang Gempa Bermagnitudo 3,2

"Dolar AS yang lebih kuat dan hasil yang lebih tinggi adalah kombinasi beracun untuk emas," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.

"Dalam jangka pendek, risiko penurunan harga lebih lanjut mendominasi, artinya angka 1.700 dolar AS sudah bisa segera dicapai," kata bank. "Selama emas tetap berada di bawah tekanan, perak juga kemungkinan akan kesulitan untuk keluar dari pertahanannya."

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 56,2 sen atau 2,62 persen, menjadi ditutup pada 22,047 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 15,4 dolar AS atau 1,63 persen, menjadi ditutup pada 962,4 dolar AS per ounce. *

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X