Adapun adanya konflik yang melibatkan netizen dan brand di media sosial, sebutnya, lebih banyak dipicu oleh cara brand yang salah dalam berkomunikasi dengan konsumen secara online.
“Brand yang bermasalah tersebut sebagian besar masih menerapkan strategi PR tradisional dalam menghadapi krisis di ranah digital. Padahal saat ini sudah berkembang ilmu Digital PR,” tandas Bima.*