ekonomi

Tangkis Serangan Masif, LPS Beberkan Tiga Kunci Ketahanan Siber

Minggu, 6 Juli 2025 | 20:30 WIB
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa (kanan) bersama Direktur Group Sistem Informasi LPS Monang Siringoringo. (Foto: Dok. Humas LPS)

HARIAN MERAPI - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkap pentingnya tiga kunci utama dalam menghadapi ancaman siber, usai lembaga ini mengatasi dua kali serangan siber kategori luar biasa, yakni distributed denial of service (DDoS) hyper volumetric dan ransomeware.

Direktur Group Sistem Informasi LPS Monang Siringoringo mengatakan bahwa keberhasilan menangkal serangan tidak hanya bergantung pada kecanggihan teknologi, namun pada tiga kunci tersebut, antara lain kemandirian teknologi, sense of belonging, dan sense of crisis.

Baca Juga: Sekolah Rakyat dipastikan peroleh akses internet untuk dukung proses belajar mengajar

“Setelah kami analisa dari banyak kejadian, termasuk di kami sendiri. Seringkali orang berpikir bahwa teknologinya kurang canggih. Padahal teknologi sebenarnya hanyalah pintu masuk bagi serangan. Akar permasalahannya, tiga clue itu,” kata Monang saat diskusi bersama media di Kantor LPS, Jakarta, Jumat (4/7), yang dilansir dari ANTARA.

Monang mengingatkan bahwa kemandirian teknologi merupakan fondasi utama dalam pertahanan siber nasional. Selama ini, kata dia, institusi di Indonesia masih sangat bergantung pada produk atau sistem buatan luar negeri. Hal ini sebenarnya membuka celah keamanan yang tidak dapat sepenuhnya dikendalikan sendiri.

Baca Juga: BRI Luncurkan BRIvolution Initiatives Phase 1 sebagai Langkah Akseleratif dalam Transformasi Bisnis

“Terlalu dependensi dengan produk yang dibikin oleh bukan kita. Jadi kita tidak bisa kontrol penuh terhadap perangkat-perangkat itu,” ujar Monang.

LPS juga menyoroti pentingnya SDM yang bekerja di sistem IT untuk memiliki sense of belonging yang kuat terhadap sistem, data, dan tanggung jawab kelembagaan. Tanpa komitmen yang tinggi dari lini pertahanan siber, maka upaya menjaga keamanan siber hanya menjadi rutinitas administratif yang mudah ditembus oleh serangan.

Kemudian, tim IT di suatu institusi atau organisasi juga penting memiliki sense of crisis, yaitu kesadaran kritis dan kesiapsiagaan tinggi untuk merespons dengan cepat dan tepat saat menghadapi indikasi ancaman siber.

Baca Juga: Kasus korupsi CSR Bank Indonesia, KPK: Dalam waktu dekat akan kami tetapkan tersangkanya

Monang mengingatkan, serangan siber seringkali datang secara tidak terduga, pola yang berubah-ubah, dan dirancang secara sistematis, sehingga tidak bisa ditangani hanya dengan pendekatan standar.

LPS sendiri menghadapi berbagai macam serangan siber dan terus memastikan seluruh sistem terproteksi dengan baik. Namun, menurut Monang, terdapat dua serangan siber yang tidak biasa.

Dalam dua minggu terakhir atau sejak 17 Juni 2025 hingga saat ini, LPS mengidentifikasi adanya serangan DDoS dengan intensitas luar biasa mencapai total 2,2 miliar serangan (hit). Puncaknya pada 25 Juni 2025, tercatat sebesar 34 juta serangan per detik dengan total traffic mencapai 960 gigabit per detik.

Baca Juga: Begini tips agar terhindar dari penipuan model scam

Monang menjelaskan, serangan tersebut berasal dari 44,6 juta IP address dari 40 negara, termasuk Indonesia, Vietnam, Jerman, Amerika Serikat, dan Belanda. Menurutnya, pola serangan yang terus berubah menunjukkan bahwa aksi ini telah dirancang dengan sistematis dan matang.

Halaman:

Tags

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB