Tren mobil listrik di 2026 takkan semasif tahun 2025, begini kata pakar....

photo author
- Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:30 WIB
 Ilustrasi: Pengisian mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Rest Area KM 10.6 Jagorawi, Cibubur, Cipayung, Jakarta Timur. ( ANTARA/Siti Nurhaliza)
Ilustrasi: Pengisian mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Rest Area KM 10.6 Jagorawi, Cibubur, Cipayung, Jakarta Timur. ( ANTARA/Siti Nurhaliza)

HARIAN MERAPI - Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu, di Jakarta, Jumat (12/12/2025), mengatakan tren peningkatan yang cukup drastis kendaraan listrik tahun 2025, cukup sulit untuk terjadi kembali pada 2026 karena terdapat beberapa faktor.

“Tampaknya, pertumbuhan industri EV (Electric Vehicle) di tahun 2026 tidak akan semasif lonjakan di akhir 2025. Apalagi jika skema insentif fiskal berbasis impor mulai dikurangi dan diarahkan hanya ke produksi lokal,” kata Yannes, seperti dilansir Antara.

Menurut dia, tahun 2026 menjadi fase konsolidasi yang keras, dimana pertumbuhan volume total melambat karena tekanan kenaikan harga BEV, terutama model CBU, yang berpotensi kembali menghantam middle class yang sangat sensitif harga di tengah ekonomi makro yang belum akselerasi.

Meski demikian, lanjutnya, tren ini bakal menjadi langkah awal persaingan fundamental yang lebih sehat. Dengan begitu pasar akan didorong oleh BEV berharga terjangkau dari Agen Pemegang Merek (APM) yang benar-benar menanamkan investasi dan menaikkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).

Baca Juga: Panjat tebing SEA Games 2025 raih dua emas pada nomor lead putra dan putri, begini kata pelatih

“Sementara pemain yang hanya mengandalkan impor tanpa komitmen lokalisasi akan semakin tertekan dan perlahan tersisih dari segmen volume,” ujarnya.

Momentum ini juga memiliki dampak yang baik bagi para pemain Jepang, yang sudah sangat mengenal pasar otomotif Tanah Air. Dengan tidak lagi adanya dukungan dari pemerintah seperti saat ini, pada 2026 pemain Jepang justru makin subur.

“Tanpa dukungan insentif yang selebar hari ini, segmen HEV Jepang justru berpeluang makin subur sebagai pilihan rasional, karena ditopang jejaring after-sales yang kuat dan persepsi risiko yang lebih rendah di mata konsumen,” ucapnya.

Beberapa waktu yang lalu, agensi PR ID COMM dalam diskusi yang membedah penerimaan kendaraan elektrifikasi di Tanah Air, menyoroti pentingnya sinkronisasi yang lebih kuat antara kebijakan pemerintah, strategi industri, dan edukasi publik untuk akselerasi ekosistem mobil listrik di Indonesia.

Baca Juga: Pabrikan otomotif berharap insentif EV terus diperpanjang pada 2026, ini alasannya....

Menurut mereka, sejak lahirnya Perpres Nomor 55 Tahun 2019 kebijakan kendaraan listrik terus berkembang melalui berbagai aturan turunan yang mengatur rantai pasok dari hulu hingga hilir.

Hanya terkadang kebijakan yang sering berubah-ubah membuat para investor asing harus menahan diri untuk menggelontorkan dana besar di Indonesia.

Tidak hanya terkait kebijakan yang fluktuasi, kondisi perang harga yang agresif, ketidakpastian insentif, dan belum stabilnya permintaan pasar domestik juga menjadi pemicu.

Maraknya penggunaan kendaraan listrik di Tanah Air, dirasa masih menjadi milik sebagian kelompok saja.

Masyarakat yang memiliki pendapatan jauh di atas rata-rata, menjadi kelompok utama yang menjadi konsumen dari kendaraan tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X