HARIAN MERAPI - Selain rutin komunikasi secara online, anggota Pi Network yang tersebar di berbagai tempat, biasa pula komunikasi secara offline, misalnya dalam bentuk gathering.
Seperti halnya, baru-baru ini, penggguna Pi Network dengan team leadernya, Tom Anggara dan Ursula Evita menggelar gathering di lokasi kuliner Joglo Narto Atmojo, Seyegan, Sleman.
Menurut Tom Anggara sebagai team leader Global Consesus Value (GCV)314.159, dalam gathering tersebut digelar pula barter barang dan jasa dengan pembayaran menggunakan PiCoin (model digital).
Baca Juga: Kecanduan judi online jadi pemicu tingginya perceraian di Jogja
“Barter barangnya aneka kebutuhan sehari-hari, seperti minyak goreng, gula pasir, bumbu empon-empon hingga kopi. Sedangkan jasanya, yaitu terapi bekam,” ungkap Tom.
Di hadapan 45 peserta gathering, Tom misalnya memaparkan ataupun mengingatkan kembali seputar misi dan visi Pi Network yang berdiri sejak 14 Maret 2019 silam di California, Amerika Serikat.
Sedangkan sebagai pendiri Pi Network, yaitu pasangan suami-istri, Dr Nicolas Kokkalis dan Dr Chendiao Fan.
Misi Pi Network, yakni membangun platform mata uang kripto dan kontrak pintar yang diamankan dan dioperasikan oleh masyarakat umum.
Baca Juga: Truk Tangki BBM yang Terbakar di Tol Ngawi Langsung Ditangani
“Adapun visi Pi Network, membangun ekosistem peer-to-peer atau antar personal dan pengalaman daring yang paling inklusif di dunia, yaitu didukung oleh Pi, mata uang kripto yang paling banyak digunakan di dunia,” jelasnya.
Ditegaskan pula oleh Tom, seiring dunia menjadi semakin digital, maka mata uang kripto merupakan langkah alami berikutnya dalam evolusi uang.
Dan, Pi adalah mata uang digital pertama untuk masyarakat umum, yang merupakan langkah maju dalam adopsi mata uang kripto di seluruh dunia.
Baca Juga: Denmark Melaju ke Babak 16 Besar Euro 2024, Lawan Tuan Rumah Jerman
Artinya pula, Pi Network (PiCoin) akan bisa digunakan untuk membayar (sebagai alat pembayaran) barang dan jasa, di manapun berada dan kapan saja.