HARIAN MERAPI - Sejumlah sopir (driver) kendaraan terutama bus pariwisata mengeluhkan susahnya mencari Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Yogyakarta.
Menurut sejumlah sopir bus pariwisata yang ditemui di Taman Parkir Abu Bakar Ali Yogyakarta, bukan hanya BBM bersubsidi saja susah didapat, mereka juga mengeluh pembatasan pembelian BBM untuk kendaraan mereka.
“Untuk mengisi BBM bersubsidi, mencarinya sangat susah. Apabila dapat mengisi, juga dibatasi hanya sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu saja,” kata salah satu driver wisata, Nuryanto, Selasa (11/6/2024).
Baca Juga: Pasca dua insiden berdarah, ratusan tokoh masyarakat cipta kondisi Sukolilo Damai
Menurutnya, sejumlah driver bus wisata lain juga mengeluh hal sama. Kondisi ini dirasakan sudah dialami beberapa minggu terakhir khususnya BBM bersubsidi jenis Solar. “Saya kerepotan jika bus yang saya kemudikan harus ini BBM. Sudah sulit didapat, pembelian dibatasi, antriannya cukup panjang,” ungkap driver dari Dikatrans Klaten ini.
Hal senada juga dialami Wardoyo, driver bus wisata Ailean Trans dari Karanganyar, Jawa Tengah. Dia kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi dan harus mencari lebih dari lima SPBU hanya untuk mengisi bahan bakar kendarannya.
“Untuk mendapatkan SPBU yang menyediakan BBM bersubsidi, saya harus muter-muter. Bisa lebih dari lima SPBU yang saya datangi hanya untuk mengisi solar,” terangnya.
Dia juga merasa kasihan apabila penumpangnya harus menunggu antrian cukup panjang. Wardoyo khawatir jika BBM bersubsidi dipersulit, akan berdampak pula pada sektor ekonomi menjadi lumpuh karena banyak sektor lain yang masih menggunakan BBM bersubsidi.
Keresahan masyarakat terutama sektor swasta ini juga sudah dirasakan oleh jajaran Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DIY.
Ketua DPC Hiswana Migas DIY, Aryanto Sukoco mengungkapkan, di Yogyakaera terdapat 52 perusahaan otobus dan kondisi ini akan berkali lipat jumlahnya saat libur panjang karena banyak pengunjung dari luar daerah.
Baca Juga: Nekat! Datang bermobil, komplotan pelaku pencurian ini gasak toko kelontong pada siang hari
Situasi ini berimbas pada kebutuhan BBM bersubsidi baik solar maupun pertalite. Aryanto berharap, kuota BBM bersubsidi khususnya untuk Yogyakarta dapat ditinjau kembali.
“DPC Hiswana Migas DIY telah menangkap keresahan masyarakat. Salah satunya dari sektor pariwisata,” ujar Aryanto.
Ditegaskan, sebagai destinasi wisata nomor dua di Indonesia setelah Bali, maka kuota BBM bersubsidi yang seharusnya hanya untuk masyarakat Yogyakarta, juga digunakan oleh pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia.