Selain itu, selama lima hari berturut-turut digelar pertunjukkan seni bela diri sebagai hiburan dan edukasi budaya bagi masyarakat luas.
Lebih dari sekadar ajang olahraga, PON Bela Diri Kudus 2025 mengusung konsep sports tourism yang mengangkat nilai tradisi dan budaya bela diri Indonesia yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat.
"Bela diri adalah bagian dari identitas budaya bangsa yang mendunia. Oleh karena itu, rangkaian kegiatan ini juga jadi ajang promosi budaya Indonesia, dengan menghadirkan aktor dan pesilat internasional seperti Kang Yayan dan Kang Cecep sebagai duta acara," tambah Ryan.
Pesta pembukaan akan berlangsung meriah dengan defile kontingen dari 10 cabang olahraga yang akan bergerak dari Djarum Arena 2 menuju Alun-alun Simpang Tujuh.
Baca Juga: Lima kecamatan diterjang angin kencang, masyarakat Sukoharjo diminta waspadai cuaca ekstrem
Penampilan spektakuler dari Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman dijadwalkan memukau penonton dengan aksi bela diri di panggung utama, dilanjutkan dengan upacara simbolik peletakan bendera, serta hiburan berupa kembang api dan pertunjukan musik.
Ketua KONI Pusat, Letjen TNI (Purn) Marciano Norman, menyambut positif kehadiran PON Bela Diri sebagai terobosan penting di dunia olahraga Indonesia.
"Ini adalah multi-event tambahan yang digelar setiap dua tahun sekali untuk memfasilitasi atlet berprestasi melalui kompetisi berkualitas."
"Kami sangat mengapresiasi kerja keras seluruh pihak, dari pemerintah hingga sponsor, demi suksesnya acara ini," ujar Marciano.
Baca Juga: Insiden bendera Merah Putih robek saat dikibarkan di Monas, begini penjelasan TNI
Marciano menegaskan, PON Bela Diri Kudus 2025 bukan hanya tentang meraih medali, tapi juga momentum untuk memperkuat pembinaan olahraga bela diri secara nasional dan berkelanjutan.
Keberadaan event ini diharapkan mampu memicu pertumbuhan ekonomi lokal dan memperkenalkan potensi budaya serta wisata Kudus kepada masyarakat luas.
"Para atlet harus bertanding dengan semangat tinggi dan percaya diri, menjadi wakil terbaik dari provinsi masing-masing."
Baca Juga: Waspadai konten promosi LGBT untuk anak-anak, ini yang dilakukan Kemkomdigi
"Para pelatih juga harus memanfaatkan pengalaman ini sebagai ajang belajar dan evaluasi agar kualitas pembinaan terus meningkat," tutup Marciano.