HARIAN MERAPI- Ketapel atau bahasa Jawanya dikenal dengan nama plinthengan kini mulai naik daun menjadi ajang olahraga dan digemari anak-anak di pedesaan dan lainnya.
Mainan sekaligus senjata sederhana tradisional ketapel ini merupakan mainan favorit masa lalu, khususnya di pedesaan.
Ketapel di Kota Salatiga sudah diproduksi oleh seorang laki-laki yang bernama Yohanes Dwi Wibowo warga Jalan Kenangasari, Butuh, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir
Harga katepel untuk standar olahraga ini mencapai jutaan rupiah tergantung bahannya.
Baca Juga: 24 Klub Bola Voli U-19 Ikuti Kejuaraan di GOR Bambu Runcing Temanggung
Ia memulai membuat katapel pada 2016 silam dan memiliki pangsa pasar hingga luar negeri seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Malaysia.
"Pada senang karena katapelnya dinilai punya karakteristik dan terasa personal sesuai pegangan karena dibuat secara manual," cerita Yohanis Dwi Wibowo kepada wartawan Rabu (1/11/2023).
Dirinya membuat ketapel sesuai pesanan dan paling paling banyak digunakan untuk kejuaraan, harganya kisaran Rp 250.000 hingga Rp 6 juta, tergantung jenis kayu dan permintaan pembeli, tingkat kesulitan atau ciri khasnya.
Baca Juga: 2.400 Logistik Bilik Suara untuk Pemilu Tiba di KPU Temanggung
Yohanes menuturkan membuat katapel itu penyelesainnya juga tidak tentu, waktunya.
Bisa saja dua jam selesai, tapi ada juga yang enam bulan belum selesai. Apalagi jika pembeli (pemesan) banyak permintaan, seperti minta jenis kayu khusus, warna kayu tua, dan lainnya.
Yohanes Dwi Wibowo ini juga dikenal Ketua Bidang Kepelatihan Organisasi Pecinta Ketapel Kabupaten Semarang.
Bagaimana ragam permintaan pembeli? Dikatakan pembeli yang paham katapel, biasanya memperhatikan lebar frame, panjang dan lebar tip, serta ukuran karet pelontar.
"Pegangan disesuaikan, apakah pemain ketapel pakai tangan kanan atau pakai kiri (kidal)," jelasnya.
Baca Juga: Pasar Pingit Yogyakarta Sepi Pengunjung, Pedagang Ikan Hias Sebut Ada Pengaruh Online Shop
Bahan kayu untuk ketapel ini dari kayu nusantara yang bertuah, mulai kayu Gaharu, Stigi, dan Cendana.
Terkait dengan lomba ketapel, ia mengatakan turnamen ketapel saat ini mulai banyak penggemar di berbagai daerah.