SLEMAN, harianmerapi.com – Kelompok kesenian angklung bernama Nada Hore, awalnya banyak ngamen di perempatan-perempatan jalan. Dalam perkembangannya, ada larangan ngamen di perempatan.
Ketika melanggar larangan tersebut, paling awal akan berurusan dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Para personil Nada Hore, lalu memutuskan dengan cara lain untuk tetap bisa mengais rezeki secara halal.
“Kami akhirnya memilih ngamen dengan keliling dari pasar ke pasar maupun dari dusun satu pindah ke dusun lain,” jelas Fajar salah satu personel Nada Hore.
Baca Juga: Sewu Dino Bagian 40: Payung Penduso Mulai Menyala, Kecuali Satu, dan Itu…
Menurutnya, personel Nada Hore ada empat orang berasal dari Purwokerto, yaitu ia sendiri, Rian, Ucup dan Zaki. Lalu setelah banyak tinggal di Sleman ada tambahan dua personel asal Sleman, yakni Danu dan Dafam.
“Kami yang berasal dari Purwokerto saat ini tinggal di rumah teman di kawasan Mlati. Alhamdulillah, tak perlu bayar kontrak atau sewa rumah, tapi kami biasa membantu seperti saat membayar listrik atau memberi uang sekadarnya ketika kami akan pulang kampung, rata-rata sebulan sekali,” jelas Fajar.
Waktu untuk ngamen keliling, lanjutnya, biasa antara pukul 06.00 – 10.00 WIB terutama di pasar-pasar dan kawasan sekitar pasar. Sedangkan sore harinya, antara pukul 15.00 – 21.00 biasa dari dusun satu ke dusun lain.
Baca Juga: Cerita Lucu Hand Sanitizer Disangka Parfum dan Membeli Daging Ayam Dapatnya Daging Bebek
Artikel Terkait
Misteri Roh Penunggu Perpustakaan Sekolah 3: Mendadak Muncul Penari Ronggeng Diiringi Alunan Musik
Ada Tiga Genre Musik yang Paling Disukai Masyarakat Indonesia, Musik Pop Salah Satunya
MBR Koplo Padukan Musik Jawa Lewat Rilis Lagu Sangu Restu Bersama Prima Founder Records
Mengawali Karir sebagai Penyanyi Kafe, Kini Octavian Meningkat ke Industri Musik Indonesia Rilis Lagu I'm Done
Industri Musik Berkembang Luar Biasa, Indonesia Records Rilis Artis dari Berbagai Daerah di Indonesia