"Menurut saya, semua keeksentrikan dan kecemasannya serta kelemahannya adalah bagian dari daya tariknya. Tapi dia memang memiliki kekuatan super, dan dia sangat beruntung," imbuhnya.
Sejalan dengan keinginan para pemeran dan pembuat film untuk tetap berusaha menghormati karakter tersebut, mereka juga merasa sangat penting untuk menghadirkan sesuatu yang menarik dan hal baru kepada penonton.
Salah satunya adalah memastikan karakter sang jagoan berada di usia sama dengan Harrison Ford yang berumur 79 tahun pada saat proses syuting. Maka, mereka membuat film pada akhir tahun 1960-an, yaitu era ketika seorang pahlawan seperti Indiana Jones yang melakukan petualangan pada tahun 1930-an dan '40-an.
Baca Juga: Heboh Al-Zaytun, boleh zina asal bayar denda Rp 2 juta, ini ajaran sesatnyaBaca Juga: Heboh Al-Zaytun, boleh zina asal bayar denda Rp 2 juta, ini ajaran sesatnya
Pendekatan tersebut sangat selaras dengan pandangan Ford yang merasa hal itu sejalan dengan pemahamannya tentang karakter Indiana Jones.
"Kami tidak menghindari fakta bahwa Indy sudah 40 tahun lebih tua dari pertama kali kami menceritakan kisahnya. Kami menghadapi tantangan yang dia hadapi. Dari sana, kami membawa kemanusiaan dan kehangatan yang nyata ke dalam sosok Indiana Jones,” jelas Ford.
"Indiana Jones and The Dial of Destiny" diproduksi oleh Kathleen Kennedy, Frank Marshall dan Simon Emanuel, dengan Steven Spielberg dan George Lucas menjabat sebagai produser eksekutif. Sosok John Williams yang telah menciptakan musik dalam setiap petualangan Indy sejak "Raiders of the Lost Ark" pada tahun 1981, sekali lagi menyusun musiknya.
Sementara itu, John Rhys-Davies turut kembali hadir sebagai sahabat dekat Indy, Sallah. Selain itu, di film ini bergabung pula sejumlah nama beken seperti Antonio Banderas, Karen Allen, Shaunette Renée Wilson, Thomas Kretschmann, Toby Jones, Boyd Holbrook, Olivier Richters, Ethann Isidore, dan Mads Mikkelsen.(*)