Herd Immunity, Super Immunity dan Hybrid Immunity, Apa Perbedaannya?

photo author
- Sabtu, 22 Januari 2022 | 14:42 WIB
Tangkapan layar spesialis paru dan akademisi di FK Unair RSUD Dr. Soetomo, dr. Helmia Hasan (kanan) dalam diskusi virtual PDPI, diikuti dari Jakarta, Sabtu (22/1/2022)  (ANTARA/Prisca Triferna)
Tangkapan layar spesialis paru dan akademisi di FK Unair RSUD Dr. Soetomo, dr. Helmia Hasan (kanan) dalam diskusi virtual PDPI, diikuti dari Jakarta, Sabtu (22/1/2022) (ANTARA/Prisca Triferna)

JAKARTA, harianmerapi.com - Pandemi Covid-19 yang terjadi dua tahun ini, banyak memunculkan istilah baru, di antaranya adalah herd immunity.

Selain istilah tersebut, belakangan juga banyak terdengar super immunity dan hybrid immunity. Lalu apa sebenarnya perbedaan kalimat tersebut?

Menurut spesialis paru dan akademisi di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) RSUD Dr. Soetomo, dr. Helmia Hasan, hybrid immunity atau imunitas hibrida terhadap Covid-19.

Dalam diskusi virtual yang diadakan PDPI tentang super immunity terhadap Covid-19, dia menjelaskan bahwa istilah super immunity sebenarnya hampir tidak pernah terlihat di dalam studi medis dan lebih sesuai jika disebut hybrid immunity atau kekebalan individu yang diperoleh dari kombinasi imuniti yang didapat dari infeksi alami dan vaksinasi.

Baca Juga: Sekitar 2,5 Juta Orang Meninggal Akibat Pneumonia pada Tahun 2019, Yuk Kenali Penyebabnya

"Memang kombinasi antara seseorang yang sudah pernah sakit dan kemudian mendapatkan vaksinasi memang respons antibodinya lebih tinggi," kata Helmia dalam diskusi yang diikuti secara virtual dari Jakarta, Sabtu (22/1/2022).

Secara teori, jelasnya, individu yang telah divaksinasi dan yang pernah terinfeksi memiliki risiko rendah untuk terinfeksi kembali.

Infeksi natural dan vaksinasi menghasilkan neutralizing antibodies yang mempunyai peran proteksi yang utama terhadap Covid-19.

Dia menjelaskan bahwa jumlah sel B memori, yang bertugas menyimpan atau mengingat gen dari zat asing untuk menghasilkan antibodi, meningkat 5-10 kali lipat pada hybrid immunity dibandingkan setelah infeksi natural atau vaksinasi saja.

Baca Juga: BMKG Prakirakan Sejumlah Wilayah di Indonesia Alami Hujan Lebat Hari Ini

Neutralizing antibodi juga 100 kali lebih tinggi jika memiliki hybrid immunity dibandingkan imuniti hasil dari infeksi atau vaksinasi saja.

"Seseorang dengan hybrid immunity itu jarang sekali mengalami sakit yang parah dan bahwa kejadian adanya infeksi setelah hybrid immunity juga jarang, dibandingkan yang bukan hybrid immunity," jelasnya.

Namun demikian, dia menegaskan bahwa meski terdapat hybrid immunity tetapi memiliki risiko tertular karena karakter mutasi virus yang sulit diketahui. Untuk itu, protokol kesehatan tetapi menjadi hal utama dalam pencegahan Covid-19.

"Tetap protokol kesehatan karena kita tidak tahu sebetulnya kondisi antibodi kita di dalam tubuh, kondisi sel-sel kita di dalam tubuh. Jadi tetap melakukan protokol kesehatan supaya tidak tertular kembali," ujarnya.*

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X