magelang

Bertanam Sayur Hidroponik di Masa Pandemi Covid-19, Berbagi Kesegaran untuk Kesehatan

Minggu, 22 Agustus 2021 | 13:16 WIB
Petani memanen sayur hidroponik (Foto: Zaini Arrosyid)

MAGELANG, harianmerapi.com - Pagi-pagi petani hidroponik, Herminingsih (43) mulai beraktivitas di greenhouse sederhana yang didirikan di tengah Dusun Bugangan Desa Trasan Kecamatan Bandongan Magelang.

Sambil berjemur untuk meningkatkan imunitas tubuh, ia memeriksa satu persatu 4 pompa air di dalam drum penampungan air nutrisi. Apakah pompa berfungsi normal untuk memompa air nutrisi ke pipa-pipa untuk diserap akar tumbuhan di panel. Tak lupa PH dan kandungan nutrisi pun diperiksa, agar sesuai yang dibutuhkan tumbuhan sesuai umur.

Melihat tanaman sayur di pagi hari sangatlah menyenangkan, hijau segar dan menyejukkan. Udara yang tercipta hasil proses semalam begitu terhirup dan masuk paru-paru, menambah oksigen di dalam darah. Aliran ini dipercaya menambah awet muda, menyembuhkan penyakit.

Menjadi satu kewajiban pula di pagi hari adalah memeriksa satu persatu tanaman mulai dari daun-daun hingga batang. Memastikan tidak ada organisme pengganggu tanaman. Seperti ngengat, belalang dan ulat.

"Inilah aktivitas pagi hari. Masuk green house dan memeriksa tanaman hidroponik," kata dia, Minggu (22/8/2021).

Baca Juga: DPW PKB DIY Gelar Vaksinasi Covid-19, Antusias Masyarakat Tinggi

Dia mengatakan biasanya mulai masuk green house yang berukuran 12 x 8 meter itu sekitar pukul 07.00 WIB, yakni setelah selesai membersihkan rumah. Di greenhouse biasanya dua hingga tiga jam, disesuaian kebutuhan. Ada saja aktivitas di dalam, seperti menyemai, menanam, memindahkan tanaman, membersihkan ruangan, atau menyemprot tanaman.

"Jika ada organisme penganggu tanaman, kita berburu. Mencari belalang, menemukan ulat agar tidak merusak tanaman. Jika perlu disemprot menggunakan obat anti hama organik," kata dia.

Dikatakan obat anti hama biasanya membuat sendiri, dari campuran rempah dan bawang putih, kadang pula dengan perasan daun pahitan. Sebagian orang menyebut Ki pahit atau marenggo. Selain mengusir juga membuat subur, karena ada kandungan N yang besar. Tetapi bila memang terpaksa digunakan obat hama organik yang dibeli di toko.

Dia mengatakan di greenhouse ada sekitar 1500 lubang tanam. Sayur yang biasa ditanam antara lain kangkung, bayam merah, bayam hijau dan beberapa jenis sawi. Sayur itu yang banyak dikonsumsi warga sekitar. Mengingat tidak banyak sayur yang dijual, sebab kebanyakan sayur dibagikan secara gratis pada tetangga.

Dikemukakan media yang digunakan arang sekam, dan telah meninggalkan rockwool karena dipandang tidak ramah lingkungan. Arang sekam ini taruh di gelas bekas jajan anak-anak yang di bagian bawahnya dilubangi. Lalu di taruh di panel.

Baca Juga: Sandiaga Ajak Anak Muda Lulus Tidak Cari Kerja, Namun Ciptakan Lapangan Kerja

"Kami berusaha memanfaatkan yang ada di lingkungan. Konsepnya berusaha ramah lingkungan. Tanpa rockwool karena mahal, kita gunakan arang sekam yang murah," kata dia.

Dia menyampaikan hasil budidaya hidroponik antara media arang sekam dengan rockwool dinilai menguntungkan arang sekam, hanya kadang memang agak ribet karena kotor. Setelah panen, arang sekam yang telah dipakai dimanfaatkan untuk media tanam lombok atau tomat, yang ditanam dengan sistem hidroponik kocor.

Hasil budidaya hidroponik, katanya, banyak didonasikan pada warga sekitar yang membutuhkan, apalagi di zaman pandemi Covid-19. Banyak warga membutuhkan asupan gizi yang sehat, bergizi untuk meningkatkan imun tubuh.

Halaman:

Tags

Terkini

SIMAGENTA untuk Perkuat Manajemen ASN Kota Magelang

Kamis, 9 Oktober 2025 | 19:50 WIB