JAKARTA, harianmerapi.com - Banyak pasien Covid-19 yang mengalami perburukan kondisi saat menjalani isolasi mandiri (Isoman). Pasalnya, mereka tidak paham dengan apa yang dilarang dan harus dilakukan.
Oleh karenanya bagi mereka yang harus isoman karena terkonfirmasi positif tanpa gejala dan bergejala ringan tanpa sesak, sebaiknya memperhatikan beberapa hal, seperti yang disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi.
"Yang pertama, pastikan upaya untuk memutus rantai penularan penyakit akibat infeksi virus SARS-CoV-2 itu dilakukan oleh pasien," kata Nadia, dalam sebuah webinar tentang fakta dan hoaks Covid-19 seputar pejuang isolasi mandiri, dikutip Minggu (8/8/2021).
Menurutnya, sesak napas bisa dideteksi melalui hitung napas. Normalnya, seseorang bernapas 16-20 kali per menit. Saat napasnya terhitung di atas 24 kali per menit, maka dia sudah mengalami sesak.
Anda juga bisa memanfaatkan oximeter untuk mengukur saturasi oksigen atau berapa banyak oksigen di dalam darah Anda. Saturasi oksigen dianggap normal saat angka pada alat menunjukkan 95-100 persen. "Kalau ada gejala sesak napas dan lemas, segeralah ke fasilitas kesehatan agar Anda lebih mudah mengakses layanan kesehatan," tutur Nadia.
Kemudian, dari sisi fasilitas, pasien sebaiknya berada di ruangan sendiri dengan ventilasi baik di rumah. Rekomendasi ini untuk memungkinkan udara segar dan bersih masuk sebanyak mungkin dan ini bisa dilakukan dengan membuka jendela.
Jika ini tidak memungkinkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan pasien perlu ditempatkan pada bagian rumah tertentu dan pergerakannya di sekitar rumah harus dibatasi.
Kemudian, bila pasien ini tinggal bersama anggota keluarga yang masuk dalam kelompok berisiko tinggi terpapar Covid-19 seperti bayi, lansia, pasien penyakit komorbid (penyerta) dan gangguan imunitas, maka perlu juga tambahan pembatas ruangan di rumah.
"Kalau tidak punya ruang sendiri, pembatas, maka lebih baik isolasi terpusat yakni di fasilitas pelayanan kesehatan (misalnya di Wisma Atlet)," tutur Nadia.
Pasien juga sebaiknya menggunakan kamar mandi dan toilet terpisah dari anggota keluarga lain yang sehat, bila memungkinkan.
Kalaupun ini tak tersedia, segeralah bersihkan ruangan menggunakan disinfektan dan pastikan pasien serta anggota yang tinggal serumah dengannya mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan kegiatan.
Selain itu, pastikan pakaian, alat makan dan seprai dicuci terpisah serta perabotan dibersihkan dengan sabun atau disinfektan. Gunakan air bersuhu 60-90 derajat Celcius saat mencuci, dan sarung tangan (bila yang mencuci bukan pasien).
Selama isoman, tetap di rumah selama 14 hari walaupun tidak bergejala, berjemur antara pukul 10.00-13.00, menerapkan etika batuk, mengenakan masker 24 jam begitu juga dengan anggota keluarga lain.
Pasien juga perlu mencatat suhu dan saturasi oksigen menggunakan oximeter atau menghitung napas. "Isolasi mandiri selesai setelah 10 hari apabila tanpa gejala dan ditambah 3 hari bebas gejala untuk mereka yang bergejala. Setelahnya, Anda tak perlu melakukan pemeriksaan rapid atau PCR ulang," kata Nadia.