nasional

Hasto Wardoyo Sebut 75 Persen Perceraian di Indonesia Adalah Inisiatif Istri

Senin, 6 September 2021 | 09:11 WIB
Tangkapan layar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo saat memberikan sambutan dalam wawancara virtual yang diselenggarakan oleh ANTARA Biro Jawa Tengah terpantau di Jakarta secara daring, Sabtu (28/8/2021). ( (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti))

JAKARTA, harianmerapi.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) mengatakan, sejak tahun 2017 angka perceraian meningkat signifikan. Dari jumlah pernikahan 2 juta per tahunnya, angka perceraian per tahun mendekekati 300 ribu.

"Ini saya kira mengkhawatirkan dan sebagian besar adalah permintaan istri. Hampir 75 persen perceraian di Indonesia adalah inisiatif istri. Ini bukan kesalahan istri, namun menunjukkan bahwa suami tidak bisa menjadi pemimpin atau kepala keluarga yang baik," ujarnya kepada ANTARA, Senin (6/9/2021).

Adapun faktor utama penyebab perceraian secara umum adalah seperti perselingkuhan, ekonomi, ketidakstabilan emosi, kurangnya rasa hormat terhadap pasangan, dan lain-lain.

Baca Juga: Hasto Wardoyo Jadi Ketua Ikatan Alumni SMAN 1 Wates

BKKBN telah menyiapkan beberapa tools untuk para pasangan calon keluarga, untuk menilai kesiapan mereka. Mulai dari dari kesiapan usia, fisik, mental, finansial, moral, emosi, sosial, interpersonal, keterampilan hidup, dan kesiapan intelektual.

Di sisi lain, BKKBN melihat isu childfree yang belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial, dapat mendorong pentingnya kesadaran edukasi kesehatan reproduksi.

Childfree adalah sebuah gaya hidup yang dipilih oleh pasangan menikah untuk tidak memiliki anak.

Baca Juga: Pasangan Suami Istri Memilih untuk 'Childfree', Begini Penjelasan Psikolog Anak dan Keluarga

"BKKBN punya Direktorat Kesehatan Reproduksi, ini ada sub-nya yaitu Infertilitas, yang diharapkan kegiatan-kegiatan kami di BKKBN bisa membantu mereka yang jadi yang tidak fertil atau yang tidak punya anak atau tidak hamil. Kita ada kegiatan untuk menjangkau mereka yang tidak hamil, tidak punya anak, dan mereka yang ingin punya anak namun sulit. Kita memberikan konseling dan pencerahan," ujarnya.

Ia mengatakan, BKKBN melihat isu viral di media sosial tentang ini adalah hal yang dapat mendorong publik untuk lebih mengenal hak-hak reproduksi, baik pria dan wanita, dan juga untuk mengenal tanggung jawab suatu pasangan dalam satu keluarga.

"Kata tanggung jawab ini yang mungkin bagi sebagian orang agak menakutkan. Oleh karena itu, setiap pasangan calon pengantin sebaiknya melakukan perencanaan pernikahan agak memiliki visi dan misi pernikahan yang sama," kata dia.

Baca Juga: Saipul Jamil Muncul di Televisi, Angga Sasongko Tarik Film Animasi Nussa dan Keluarga Cemara

Ada pun perencanaan menikah bisa melalui kursus pranikah, calon pasangan dapat mengetahui konsep ideal pernikahan, mulai dari usia ideal, kesiapan finansial, fisik, mental dan emosi, sosial, moral, hubungan antarpribadi (interpersonal), keterampilan hidup (life skill), sampai dengan kesiapan intelektual.

Hal-hal ini dapat menjadi modal dalam pengambilan keputusan untuk memiliki anak atau tidak serta menjalani kehidupan berkeluarga. Namun, keputusan untuk memiliki anak atau tidak merupakan hak dan pilihan dari masing-masing pasangan.

Halaman:

Tags

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB